Jakarta (ANTARA) - Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston mengatakan nilai tukar (kurs) rupiah melemah seiring pengumuman terbaru tarif Amerika Serikat (AS).
“Pengumuman terbaru tarif Trump masih memberikan sentimen negatif ke aset berisiko,” katanya kepada ANTARA di Jakarta, JumatRupiah melemah seiring pengumuman terbaru terkait tarif AS
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat ditemui usai rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Senin (7/7/2025). ANTARA/Bayu Saputra/aa.
Mengutip Anadolu, Presiden AS Donald Trump pada Rabu (9/7), mengumumkan bahwa Washington akan mengenakan tarif sebesar 20-30 persen untuk barang-barang dari tujuh negara yang akan dimulai pada 1 Agustus.
Filipina akan dikenakan tarif sebesar 20 persen, Brunei dan Moldova 25 persen, sedangkan Sri Lanka, Irak, Aljazair, dan Libya akan dikenakan tarif 30 persen.
Sebelumnya, Trump mengumumkan tarif 25 persen untuk Jepang dan Korea Selatan mulai 1 Agustus.
Trump kemudian mengumumkan tarif untuk belasan negara, termasuk 25 persen untuk Malaysia, Kazakhstan, dan Tunisia. Lalu 30 persen untuk Afrika Selatan dan Bosnia dan Herzegovina, serta 32 persen untuk Indonesia.
AS akan mengenakan tarif 35 persen untuk Serbia dan Bangladesh, lalu 36 persen untuk Kamboja dan Thailand, serta 40 persen untuk Laos dan Myanmar.
Sentimen lainnya berasal dari data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS semalam yang dirilis lebih bagus dari proyeksi pasar, yakni 227 ribu dari perkiraan 236 ribu, yang artinya jumlah pengangguran berkurang. Data ini disebut memberikan alasan tambahan penguatan dolar AS.
“Rupiah masih berkonsolidasi terhadap dolar AS hari ini, masih berpeluang balik lagi melemah ke arah Rp16.300, 'support' di sekitar 16200. Indeks dollar AS masih menunjukkan kenaikan pagi ini meskipun tidak besar, dari kisaran 97.50 ke 97.80,” ungkap Aris.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Jumat pagi di Jakarta melemah sebesar 4 poin atau 0,2 persen menjadi Rp16.228 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.224 per dolar AS.
