Pemerhati dari sembilan negara pelajari pengelolaan gambut Kalteng

id jokowi

Pemerhati dari sembilan negara pelajari pengelolaan gambut Kalteng

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menko Polhukam Luhut Panjaitan (kiri), dan Direktur Direktorat Zeni Angkatan Darat Brigjen TNI Irwan (kanan) berjalan menyusuri pematang sekat kanal yang dibangun untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan gambut di Pulang Pisau, Kalteng. (ANTARA FOTO/Saptono

Palangka Raya (antarasulteng.com) - Sebanyak 69 pemerhati gambut dari sembilan negara mempelajari pengelolaan lahan gambut di Provinsi Kalimantan Tengah dengan melihat langsung proyek percontohan pengelolaan gambut yang dilakukan oleh BRG dan peneliti dan (Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland) CIMTROP.

Kepala CIMTROP dari Universitas Palangkaraya, Dr. Ici Piter Kulu, melalui pernyataan tertulis yang diterima di Palangka Raya, Jumat, menyambut gembira kedatangan 69 peserta dari sembilan negara tersebut.

"Acara ini sangat luar biasa dan diharapkan dapat membawa kabar baik dalam managemen gambut di Indonesia dan dunia," katanya saat kegiatan 1st International Peatlands Roundtable yang dilaksanakan di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah ini.

Sebanyak 69 pemerhati ini terdiri dari ilmuwan, peneliti, lembaga donor, LSM, kampus, dan dari kalangan pemangku kebijakan yang berasal dari Jepang, Jerman, Finlandia, Mexico, Singapura, Malaysia, Vietnam, Belanda, dan Indonesia.

Selama di Kalimantan Tengah para peserta akan mengunjungi lima lokasi diantaranya base camp CIMTROP, lokasi pembuatan sekat kanal dan proyek pembuatan dumur bor di Desa Taruna Jaya, Kabupaten Pulang Pisau.

Salah satu tujuan kegiatan ini ialah untuk menemukan teknologi terbaik yang bisa diterapkan bersama sehingga upaya upaya pengelolaan dan penyelamatan lahan gambut bisa lebih efektif dengan merangkul semua pihak

"Tidak hanya sebatas deklarasi, namun setelah ini akan ada upaya nyata untuk menyelamatkan ekosistem gambut," kata Kepala Badan Restorasi Gambut Indonesia, Nazir Foead.

Sementara itu, salah satu pendiri CIMTROP, Bambang Setiadi mempunyai harapan besar dengan pertemuan ilmuwan gambut dunia tersebut.

"Ada keseriusan bersama untuk menyelamatkan ekosistem gambut dari kerusakan yang makin massif," kata Bambang.(skd)