Banggai, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Wakil Bupati Banggai, Sulawesi Tengah, Furqanuddin Masulili mengatakan Festival Sastra Banggai (FSB) menjadi ruang ekspresi, refleksi, dan pelestarian identitas budaya.
“FSB bukan sekadar perayaan karya sastra, tetapi juga wadah ekspresi, refleksi, serta pelestarian identitas budaya,” kata Furqanuddin Masulili dalam keterangannya di Palu, Kamis.
Ia mengatakan FSB telah menjadi ruang bagi diskusi intelektual, tempat bertemunya gagasan-gagasan baru, serta wadah untuk terus berkarya dan menjaga semangat literasi agar tetap hidup di tengah masyarakat.
Untuk itu, ia menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Kebudayaan RI atas dukungan terhadap upaya penguatan literasi budaya di Kabupaten Banggai.
Dukungan tersebut, kata dia, menjadi dorongan berharga bagi pemerintah daerah untuk terus menumbuhkan ekosistem kreatif berbasis budaya lokal.
“Dukungan ini menjadi dorongan berharga bagi kami untuk terus menumbuhkan ekosistem kreatif berbasis budaya lokal yang berpijak pada kearifan masyarakat Banggai,” ujarnya.
Festival Sastra Banggai tahun ini mengusung tema “Simpul Kesembilan Merajut Kata” yang berlangsung pada 14-18 Oktober 2025 di RTH Teluk Talong, Banggai.
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Babasal Mombasa dengan dukungan Dana Indonesiana, LPDP, Manajemen Talenta Nasional, serta program Penguatan Festival Sastra Nasional dari Kementerian Kebudayaan.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Budaya Digital Kementerian Kebudayaan Andi Syamrizal mengatakan bahwa FSB menjadi bagian penting dari program penguatan ekosistem sastra nasional.
“Program ini berfokus pada penguatan komunitas sastra di berbagai daerah agar festival-festival sastra dapat berlangsung secara berkelanjutan dan saling terkoneksi,” ujarnya.
Menurut dia, meskipun dengan berbagai keterbatasan, FSB mampu menciptakan ruang dialog yang memperkaya dunia sastra dan kebudayaan Indonesia.
“Karena hal itu, Banggai menjadi salah satu lokus penting dalam peta sastra Indonesia,” ujarnya.
