Suasana kamp pengungsian Rohingya (video)

id rohingya,bangladesh,kamp pengungsi

Suasana kamp pengungsian Rohingya (video)

Para pengungsi berkumpul untuk mendapat bantuan dari masyarakat Indonesia yang disalurkan oleh Rumah Zakat, yang tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM), ke kamp pengungsian di Ukhia, dekat perbatasan Bangladesh-Myanmar, 28/9/2017. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta (AntaranewsNTARA News) - Sejak 25 Agustus, sekitar 650.000 warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, mencari perlindungan dari diskriminasi Myanmar, pemerkosaan, pembakaran, dan pembunuhan.

Separuh dari para pengungsi tersebut adalah anak-anak, dan sekitar 14.000 di antaranya merupakan anak-anak yang kehilangan orang tua mereka.

Kamp pengungsian di Kutupalong, di Cox's Bazar merupakan salah satu kamp terbesar yang menampung pengungsi Rohingya. Sebelumnya, sudah ada sekitar 300.000 pengungsi lama Rohingya yang tinggal di sana sejak puluhan tahun silam. Tidak heran jika di sekitar kamp tersebut sudah seperti sebuah perkampungan yang hidup.

Distrik Cox's Bazar merupakan kawasan kota wisata Bangladesh, yang disebut-sebut memiliki salah satu pantai terpanjang di dunia.

Untuk menuju kamp pengungsian Kutupalong, pantai menghampar di sepanjang pandangan. Memasuki titik perbatasan, militer Bangladesh berjaga dan memeriksa lalu lalang kendaraan yang masuk dan keluar.

Dari kota Cox's Bazar menuju Kutupalong dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam- 2 jam. Saat memasuki wilayah Tengkali, tenda-tenda pengungsi menyebar di lahan yang bekas hutan atau pun lahan milik warga Bangladesh, terlihat jelas dari pinggir jalan besar.

Untuk memasuki salah satu kamp pengungsi Madhuchara, Kutupalong, harus menembus gang yang berada di antara pasar tradisional Ukhiya. Di sepanjang gang menuju kamp pengungsian, dipadati penjual dari sisi kanan maupun kiri. Kebanyakan penjual merupakan pengungsi Rohingya, terutama pengungsi yang sudah puluhan tahun menempati kamp pengungsian Kutupalong.

Mereka berjualan baju, obat-obatan, makanan, sayur-sayuran, hingga jasa cukur rambut.

Baca: Berjualan di kamp pengungsi Rohingya

Sekitar 1,5 jam dari wilayah Kutupalong, Sungai Naf membentang di antara Bangladesh Tenggara dan Myanmar Barat, menjadi saksi bisu pelarian warga Rohingya yang menyelamatkan diri dari serangan militer Myanmar.

Dari tepi Sungai Naf, terlihat jelas kawasan Myanmar terutama distrik Maungdaw yang paling dekat dengan perbatasan. Hanya terlihat pohon-pohon yang berdiri tegak dari kejauhan.

Baca: Jadi saksi bisu pelarian Rohingya, Sungai Naf dikunjungi turis lokal

Sungai Naf seolah-olah menjadi tempat wisata dadakan bagi warga lokal, sejumlah orang yang melewatinya berhenti untuk mengambil foto.