Terpal jadi barang langka di Lombok

id lombok,gempa

Terpal jadi barang langka di Lombok

Warga korban gempa mendapatkan perawatan di luar Puskesmas Sembalun Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/7). Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa pertama kali mengguncang Lombok Timur dengan kekuatan 6,4 skala Richter (SR) pada pukul 06.47 Wita (ANTARA FOTO/Zakir/pras.)

Kami sudah cari-cari dimana, sampai ke Pasar Cakranegara, Mataram sejak gempa besar pada 5 Agustus 2018, sampai sekarang tidak dapat juga
Mataram,  (Antaranews Sulteng) - Warga terdampak gempa bumi 6,9 Skala Richter (SR) di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, kesulitan mendapatkan terpal di pasaran untuk tenda darurat dan harganya melambung bisa mencapai Rp1 juta dari biasanya Rp450 ribu.

"Kami sudah cari-cari dimana, sampai ke Pasar Cakranegara, Mataram sejak gempa besar pada 5 Agustus 2018, sampai sekarang tidak dapat juga," kata Nur Saad, warga Dusun Senaru kepada Antara di Lombok Utara, Rabu.

Terpal yang dicari warga itu berukuran 6 x 7 meter yang mampu menampung delapan orang. "Bantuan dari pemerintah untuk terpal belum ada juga, jadi kita harus mencari. Tapi sulit sekali dan harganya melambung," katanya.

Ia mengatakan bantuan terpal dari pemerintah hanya ke orang-orang yang sama yang mendapatkan sedangkan yang lainnya belum dapat juga.

Akibatnya warga pun harus memanfaatkan sisa terpal dari lahan pertaniannya atau kandang hewan ternak yang sudah rusak, untuk dijadikan untuk penahan dingin kabut malam.

Bukan saja terpal, jerigen untuk air melambung tinggi harganya dari semula Rp35 ribu menjadi Rp55 ribu per unit. "Itupun jadi barang langka juga," katanya.

Akibat langkanya terpal, kata dia, pernah terjadi perkelahian sesama warga saat mendapatkan sumbangan dari pendonor dari Bogor, Jawa Barat. "Saya dapat bantuan pakaian bekas untuk 33 posko sumbangan, di antara pakaian bekas ada satu terpal. Dua warga berebutan sampai berkelahi," katanya.

Hal senada dikatakan oleh Aminah, warga Dusun Koko Putek, yang belum juga mendapatkan terpal dari pemerintah dan hanya memanfaatkan dari sisa terpal yang ada.

"Terpal ini sudah bolong, tetap saya gunakan dibandingkan kedinginan malam hari. Rumah sudah ambruk," katanya.