Harga semen di Parigi Moutong melonjak

id Semen, melonjak, distributor,parimo

Harga semen di Parigi Moutong melonjak

Ilustrasi - Suasana bongkar muat semen di pelabuhan (Antaranews Sulteng/Istimewa)

Parigi (Antaranews Sulteng) - Harga bahan bangunan khususnya semen di Kabupaten Parigi Moutong,  Sulawesi Tengah, ikut melonjak pascabencana akibat stok berkurang drastis. 

"Harga eceran tertinggi ditetapkan pemerintah Rp65.000 per sak dan kita masih diberi toleransi maksimal Rp70.000 per sak. Memang terjadi pergeseran harga," kata I Gede W Sudarta di Parigi,  Selasa. 

Di Parigi Moutong saat ini harga semen berada diatas harga normal yakni dikisaran Rp73.000 per sak ditingkat pengecer,  meskipun pemerintah telah memanggil distributor dan pengecer menekan kenaikan harga bahan bangunan namun ketersediaan pasokan belum sepenuhnya normal. 

Kelangkaan semen memicu lonjakan harga bukan hanya terjadi di Kota Palu,  Sigi dan Donggala,  melainkan Parigi Moutong yang juga sebagai daerah terdampak ikut merasakan sulitnya memperoleh bahan bangunan tersebut. 

"Harga semen di Parigi Moutong sempat melambung tinggi hingga Rp75.000 per sak pada awal-awal pascabencana. Kami minta para pengecer jangan menjual diatas harga ditetapkan pemerintah,  jika ditemukan yang bersangkutan akan diberi sanksi sesuai aturan berlaku, " tegas Gede. 

Ia menilai, alur distribusi pengiriman dari pelabuhan pantoloan sangat berpengaruh, karena situasi belum sepenuhnya normal. 

"Para distributor maupun pengecer mengadalkan pasokan dari Palu untuk memenuhi kebutuhan konsumennya,  jika terjadi kendala saat pengiriman sudah pasti sotok berkurang dan berujung pada kelangkaan barang, " tambahnya. 

Sasi (50), warga Parigi mengatakan,  saat ini ia belum bisa memperbaiki rumahnya yang rusak akibat diguncang gempa, karena terkendala semen tidak tersedia. 

"Bagaimana membangun kalu bahan tidak tersedia di toko,  mau beli di Palu jaraknya jauh, belum lagi ongkos sewa mobil, terpaksa pekerjaan dihentikan sementara sambil menunggu ketersediaan bahan," tuturnya. 

Wawan (35), warga lainnya juga mengeluh karena mahalnya harga bahan bangunan dianggap bisa merugikan konsumen. 

"Kalau sudah begini kita tidak bisa apa-apa, saya harap pemerintah bisa menekan harga supaha normal. Kita sudah susuah,  tambah susah. Mau perbaiki rumah bahan baku mahal, " katanya.