BPS: Pangan Sulsel melimpah, dorong deflasi -0,15 persen

id Sulsel deflasi

BPS: Pangan Sulsel melimpah, dorong deflasi -0,15 persen

Kepala BPS sulsel yang baru Yos Rusdiansyah saat merilis hasil pencatatan statistik Sulsel di kantornya, Senin, (1/10/2019). ANTARA/Muh. hasanuddin

Dua kelompok pengeluaran itu yakni bahan makanan yang menyumbang 1,00 persen; dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan menyumbang 0,43 persen
Makassar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan mencatat angka deflasi di provinsi tersebut pada September 2019 sekitar -0,15 persen disebabkan ketersediaan kebutuhan pangan yang melimpah.

Kepala BPS Sulsel Yos Rusdiansyah di Makassar, Senin mengatakan penyebab deflasi di daerah tersebut karena menurunnya beberapa indeks harga-harga.

"Faktor pendorong terjadinya deflasi itu disebabkan adanya penurunan indeks harga pada beberapa kelompok yang memiliki kontribusi cukup besar, di antaranya tersedianya bahan pangan yang cukup," ujarnya.

Ia mengatakan deflasi pada September ini berdasarkan dua kelompok pengeluaran yang ditunjukkan oleh turunnya indeks harga konsumen pada kelompok tersebut ditunjukkan oleh turunnya IHK pada kelompok tersebut sebesar 1,02 persen.

Yos menyatakan ada enam kelompok pengeluaran lainnya mengalami kenaikan IHK, yakni kelompok sandang 0,50 persen, kelompok kesehatan 0,44 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,23 persen.

Kemudian disusul kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,04 persen, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,02 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,01 persen.

Beberapa komoditas yang memberikan andil tertinggi terhadap deflasi Sulsel antara lain bawang merah, cabai rawit, ikan cakalang, kacang panjang, bayam, dan lain-lain.

Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi antara lain ikan bandeng, emas, perhiasan, kangkung, rokok kretek, bedak, hingga sepatu.

"Dua kelompok pengeluaran itu yakni bahan makanan yang menyumbang 1,00 persen; dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan menyumbang 0,43 persen," ucapnya.***