Palu (ANTARA) - Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Relawan untuk Orang dan Alam (ROA) melalui ROA Estore memfasilitasi tempat penampungan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dikelola komunitas di Sulteng.
Pengelola ROA Estore Humaira di Palu, Sulteng, Minggu, mengemukakan terdapat beberapa produk yang tersedia di ROA Estore di antaranya kopi robusta dari Lembah Pekurehua, anyaman pandan dari kelompok perempuan Lembah Pekurehua, dan anyaman rotan yang mendapat dukungan dari NTFP-EP dalam program Green Livelihood Alliance di Landscape Lariang.
“Demikian pula dari Lembah Bada juga menyiapkan beberapa produk kerajinan anyaman rotan dan tas terbuat dari biji kalidae serta gelang dari bahan baku eha,” ucap Humaira.
ROA Estore, kata dia, hadir untuk menampung produk-produk komunitas, sekalipun tempat tidak terlalu besar akan tetapi bisa untuk menampung beberapa produk-produk komunitas untuk dipromosikan dan dipasarkan. Lokasi ROA Estore berada di Kota Palu di Jalan Dayodara CP1 Blok K Nomor 2.
Di tempat itu, urai dia, juga tersedia gula aren batok dan gula semut dari kelompok tani hutan kemasyarakatan, serta madu dari Desa Lonca yang merupakan desa pendampingan konsorsium siklus.
Humaira menyampaikan produk HHBK yang dihasilkan masyarakat dari pendampingan semakin menumbuhkan optimisme atas terwujudnya hutan untuk kesejahteraan rakyat.
"Ini membuktikan bahwa meletakkan pengelolaan di tingkat tapak ternyata baik dan optimal. Saya kira ini sesuai harapan yaitu mewujudkan hutan untuk rakyat dan hutan untuk kesejahteraan,”Ujarnya.
Ia menambahkan jika produksi HHBK yang variatif dan inovatif ini pun sesuai dengan harapan untuk mengembangkan ekonomi di tingkat lokal. Lebih penting dari itu, menurutnya produktivitas manusianya meningkat seiring dengan penguatan kapasitas yang diberikan selama ini.
Selanjutnya, HHBK produksi masyarakat menandakan masyarakat yang hidup di sekitar hutan terbukti bisa didorong menjadi lebih produktif dan inovatif. Ditambah lagi dengan pemberian akses legal kepada masyarakat untuk mendapatkan lahan ataupun mengelola hutan, berarti masyarakat sudah mendapatkan modal utama yang dibutuhkan, tinggal mengembangkan kapasitas sumber daya manusianya.
Baca juga: HHBK bantu perbaikan ekonomi petani Sulteng
Baca juga: Kelompok DPL-DKP Sulteng sepakat lindungi keanekaragaman hayati Balantak
Baca juga: KPH Dolago Tanggunung-industri rotan pasarkan HHBK Sulteng
Baca juga: ROA Sulteng tingkatkan kapasitas kelompok perlindungan laut Banggai