Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan alokasi belanja untuk penguatan sumber daya manusia telah membantu perbaikan Indeks Modal Manusia (Human Capital Index/HCI) Indonesia pada 2020.
"Hasil belanja negara untuk human capital sudah mulai terlihat", kata Febrio dalam pernyataan di Jakarta, Sabtu.
Bank Dunia baru merilis laporan "The Human Capital Index 2020 Update: The Human Capital in the Time of COVID-19" yang menyatakan adanya kenaikan nilai HCI Indonesia pada 2020 menjadi 0,54, dari sebelumnya 0,53 pada 2018.
HCI merupakan salah satu program Bank Dunia yang didesain untuk menjelaskan bagaimana kondisi kesehatan dan pendidikan dapat mendukung produktivitas generasi yang akan datang.
Indeks ini mengombinasikan komponen-komponen probabilitas hidup hingga usia lima tahun (survival), kualitas dan kuantitas pendidikan, dan kesehatan termasuk isu stunting.
Komponen tersebut merupakan bagian utama dari pengukuran produktivitas tenaga kerja di masa depan dari anak yang dilahirkan saat ini.
Dari penilaian HCI, komponen survival meningkat menjadi 0,98 dari sebelumnya 0,97, sedangkan kualitas pendidikan mencapai 395. Di sisi lain, durasi waktu sekolah anak Indonesia berada pada 7,8, atau turun dari sebelumnya 7,9.
Untuk komponen kesehatan, terdapat kenaikan yang signifikan, dari 0,66 menjadi 0,72 yang menggambarkan terjadinya kenaikan jumlah anak yang tidak mengalami stunting serta tidak mengalami keterbatasan kognitif dan fisik.
Skor HCI 2020 ini diolah berdasarkan data baru dan diperluas untuk masing-masing komponennya hingga Maret 2020. Dengan demikian, laporan tersebut belum memperhitungkan dampak COVID-19 pada pemberdayaan sumber daya manusia.
Meski demikian, laporan ini memberikan gambaran nyata atas hasil dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas modal manusia, khususnya terkait pendidikan, kesehatan, dan generasi milenial.
Selama ini, pemerintah telah memberikan alokasi 20 persen anggaran untuk pendidikan guna perbaikan kualitas guru, manajemen dan proses belajar mengajar serta pendidikan vokasi untuk menghadapi revolusi industri 4.0, teknologi informasi, dan partisipasi sektor swasta dalam pendidikan.
Untuk menyongsong pembangunan digital, pemerintah juga memperbaiki kurikulum pendidikan, memperkuat kompetensi melalui pelatihan vokasi dan program magang, serta pelaksanaan sertifikasi profesi di seluruh institusi di wilayah Indonesia.
Khusus sektor kesehatan, pemerintah akan terus mengoptimalisasi capaian atas alokasi lima persen anggaran untuk meningkatkan kualitas dan akses terhadap layanan atau sarana kesehatan yang berkualitas bagi setiap orang.
Pemenuhan layanan atau sarana kesehatan itu termasuk dalam hal pemenuhan gizi dan pengurangan stunting, meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan, dan memperkuat sistem jaminan kesehatan nasional.
Dalam pandemi COVID-19, penyediaan anggaran kesehatan menjadi prioritas dan menjadi wake-up call bagi dunia tentang pentingnya investasi dalam pengembangan kapasitas kesiapan dan respons menghadapi pandemi.
"Penguatan sektor kesehatan nasional yang menjadi prioritas nasional Indonesia akan terus dilakukan melalui upaya peningkatan fasilitas kesehatan, dukungan untuk tenaga medis, serta penyediaan vaksin," kata Febrio.
Bank Dunia menyatakan HCI Indonesia dalam periode 2010-2020 meningkat dari 0,50 menjadi 0,54 yang berarti seorang anak yang lahir di Indonesia akan mencapai 54 persen dari produktifitas maksimal, jika memenuhi tolok ukur pendidikan dan kesehatan yang lengkap.
Selama satu dekade terakhir, kemajuan ini digerakkan terutama oleh penurunan angka stunting, yang merupakan kabar gembira, karena tingkat gizi yang cukup sangatlah penting bagi anak-anak untuk dapat membangun modal manusianya.
Sementara itu, meski angka kelangsungan hidup orang dewasa mengalami peningkatan, angka kematian orang dewasa sebelum waktunya masih tetap tinggi, yang menandakan perlunya memperkuat akses dan kualitas layanan kesehatan.
Di sektor pendidikan, akses kepada pendidikan telah mengalami peningkatan. Namun pencapaian siswa, yang merupakan suatu cara untuk mengukur kualitas sekolah, justru mengalami penurunan. Kondisi ini menandakan pentingnya untuk memperbaiki proses pembelajaran siswa.
Melihat kemajuan yang telah dicapai dalam HCI, Indonesia perlu untuk melanjutkan investasi pada layanan utama pendidikan, kesehatan, dan gizi, yang meliputi fokus pada dimensi kualitas dan keadilan (equity) yang tetap menjadi pekerjaan utama.
"Hasil belanja negara untuk human capital sudah mulai terlihat", kata Febrio dalam pernyataan di Jakarta, Sabtu.
Bank Dunia baru merilis laporan "The Human Capital Index 2020 Update: The Human Capital in the Time of COVID-19" yang menyatakan adanya kenaikan nilai HCI Indonesia pada 2020 menjadi 0,54, dari sebelumnya 0,53 pada 2018.
HCI merupakan salah satu program Bank Dunia yang didesain untuk menjelaskan bagaimana kondisi kesehatan dan pendidikan dapat mendukung produktivitas generasi yang akan datang.
Indeks ini mengombinasikan komponen-komponen probabilitas hidup hingga usia lima tahun (survival), kualitas dan kuantitas pendidikan, dan kesehatan termasuk isu stunting.
Komponen tersebut merupakan bagian utama dari pengukuran produktivitas tenaga kerja di masa depan dari anak yang dilahirkan saat ini.
Dari penilaian HCI, komponen survival meningkat menjadi 0,98 dari sebelumnya 0,97, sedangkan kualitas pendidikan mencapai 395. Di sisi lain, durasi waktu sekolah anak Indonesia berada pada 7,8, atau turun dari sebelumnya 7,9.
Untuk komponen kesehatan, terdapat kenaikan yang signifikan, dari 0,66 menjadi 0,72 yang menggambarkan terjadinya kenaikan jumlah anak yang tidak mengalami stunting serta tidak mengalami keterbatasan kognitif dan fisik.
Skor HCI 2020 ini diolah berdasarkan data baru dan diperluas untuk masing-masing komponennya hingga Maret 2020. Dengan demikian, laporan tersebut belum memperhitungkan dampak COVID-19 pada pemberdayaan sumber daya manusia.
Meski demikian, laporan ini memberikan gambaran nyata atas hasil dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas modal manusia, khususnya terkait pendidikan, kesehatan, dan generasi milenial.
Selama ini, pemerintah telah memberikan alokasi 20 persen anggaran untuk pendidikan guna perbaikan kualitas guru, manajemen dan proses belajar mengajar serta pendidikan vokasi untuk menghadapi revolusi industri 4.0, teknologi informasi, dan partisipasi sektor swasta dalam pendidikan.
Untuk menyongsong pembangunan digital, pemerintah juga memperbaiki kurikulum pendidikan, memperkuat kompetensi melalui pelatihan vokasi dan program magang, serta pelaksanaan sertifikasi profesi di seluruh institusi di wilayah Indonesia.
Khusus sektor kesehatan, pemerintah akan terus mengoptimalisasi capaian atas alokasi lima persen anggaran untuk meningkatkan kualitas dan akses terhadap layanan atau sarana kesehatan yang berkualitas bagi setiap orang.
Pemenuhan layanan atau sarana kesehatan itu termasuk dalam hal pemenuhan gizi dan pengurangan stunting, meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan, dan memperkuat sistem jaminan kesehatan nasional.
Dalam pandemi COVID-19, penyediaan anggaran kesehatan menjadi prioritas dan menjadi wake-up call bagi dunia tentang pentingnya investasi dalam pengembangan kapasitas kesiapan dan respons menghadapi pandemi.
"Penguatan sektor kesehatan nasional yang menjadi prioritas nasional Indonesia akan terus dilakukan melalui upaya peningkatan fasilitas kesehatan, dukungan untuk tenaga medis, serta penyediaan vaksin," kata Febrio.
Bank Dunia menyatakan HCI Indonesia dalam periode 2010-2020 meningkat dari 0,50 menjadi 0,54 yang berarti seorang anak yang lahir di Indonesia akan mencapai 54 persen dari produktifitas maksimal, jika memenuhi tolok ukur pendidikan dan kesehatan yang lengkap.
Selama satu dekade terakhir, kemajuan ini digerakkan terutama oleh penurunan angka stunting, yang merupakan kabar gembira, karena tingkat gizi yang cukup sangatlah penting bagi anak-anak untuk dapat membangun modal manusianya.
Sementara itu, meski angka kelangsungan hidup orang dewasa mengalami peningkatan, angka kematian orang dewasa sebelum waktunya masih tetap tinggi, yang menandakan perlunya memperkuat akses dan kualitas layanan kesehatan.
Di sektor pendidikan, akses kepada pendidikan telah mengalami peningkatan. Namun pencapaian siswa, yang merupakan suatu cara untuk mengukur kualitas sekolah, justru mengalami penurunan. Kondisi ini menandakan pentingnya untuk memperbaiki proses pembelajaran siswa.
Melihat kemajuan yang telah dicapai dalam HCI, Indonesia perlu untuk melanjutkan investasi pada layanan utama pendidikan, kesehatan, dan gizi, yang meliputi fokus pada dimensi kualitas dan keadilan (equity) yang tetap menjadi pekerjaan utama.