Palu, (antarasuleng.com) - Batu akik asal Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah yang dijahkan di lokasi Sulteng expo di Palu, paling banyak diminati para penggemar koleksi cincin dan kalung antik.
Pantauan ANTARA sejak dibuka Gubernur Sulteng, Longki Djanggola pada 13 April 2015 bertepatan dengan HUT Provinsi ke-51, warga langsung menyerbu para penjual batu mulia dan akik.
Begitu pula stand pemeran dari Pemkab Morowali yang juga menampilkan sejumlah kerajinan dan batu akik yang masih dalam bentuk bongkahan dan juga sudah berbentuk cincin dan kalung padat dikungjungi.
Kebanyakan para pengunjung sangat mengagumi batuk akik dari Kabupaten Morowali dan Morowali Utara (Morut) itu.
"Saya suka karena batuk akik bagus dan unik," kata Wang (45), seorang pembeli.
Selain unik, harganyapun tidak mahal tergantung paling murah Rp200 ribu/cincin dan tertinggi sekitar Rp1 juta.
Hal senada juga disampaikan Agung. Ia mengatakan setiap daerah di Sulteng memiliki batu akik yang memiliki keunikan tersendiri.
Batuk akik yang banyak dijual di pameran berasal selain dari Morowali, juga Kota Palu, Donggala, Tojo Una-Una, Sigi, Banggai.
Disamping itu juga batu dari Ternate, Irian, Kalimantan, Aceh, Sulbar, Sulsel, Jabar, Jatim dan Sulut.
Ifan, seorang penjual batu akik mengatakan pameran ini sangat menguntungkan pedagang batu akik. Ia mengaku selama dua hari pameran berlangsung bisa mendapat pemasukan dari hasil menjual batu akik cukup menggembirakan.
Biasanya pada hari biasa sehari bisa memperoleh Rp2 juta dari hasil menjual batu akik. Tapi selama dua malam pameran, ia bisa menjual batu akik hingga mencapai Rp5 juta.
Sementara itu,Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Sulteng, Abubakar Almahdali mengatakan bisnis ekonomi kreatif dalam beberapa bulan terakhir di provinsi ini tumbuh bagaikan jamur dimusim hujan.
Di Kota Palu sendiri, katanya banyak bermunculan para parajin dan penjual batu akik.
Dan rata-rata tempat penjualan batu akik saban hari ramai pembeli.
Bahkan, kata dia penggemar batu akik tidak hanya sebatas orang muda dan dewasa, tetapi anak-anakpun.
Ia mengatakan demam batu akik yang melanda masyarakat di seluruh daerah di Tanah Air, termasuk Sulteng perlu mendapat perhatian pemerintah daerah karena ini salah satu potensi sumber pendapatan asli daerah (PAD).
Karena itu, pemerintah perlu memberikan dukungan dalam bentuk bantuan peralatan bagi para perajin agar mereka bisa meningkatkan usaha tersebut. (skd)
Pantauan ANTARA sejak dibuka Gubernur Sulteng, Longki Djanggola pada 13 April 2015 bertepatan dengan HUT Provinsi ke-51, warga langsung menyerbu para penjual batu mulia dan akik.
Begitu pula stand pemeran dari Pemkab Morowali yang juga menampilkan sejumlah kerajinan dan batu akik yang masih dalam bentuk bongkahan dan juga sudah berbentuk cincin dan kalung padat dikungjungi.
Kebanyakan para pengunjung sangat mengagumi batuk akik dari Kabupaten Morowali dan Morowali Utara (Morut) itu.
"Saya suka karena batuk akik bagus dan unik," kata Wang (45), seorang pembeli.
Selain unik, harganyapun tidak mahal tergantung paling murah Rp200 ribu/cincin dan tertinggi sekitar Rp1 juta.
Hal senada juga disampaikan Agung. Ia mengatakan setiap daerah di Sulteng memiliki batu akik yang memiliki keunikan tersendiri.
Batuk akik yang banyak dijual di pameran berasal selain dari Morowali, juga Kota Palu, Donggala, Tojo Una-Una, Sigi, Banggai.
Disamping itu juga batu dari Ternate, Irian, Kalimantan, Aceh, Sulbar, Sulsel, Jabar, Jatim dan Sulut.
Ifan, seorang penjual batu akik mengatakan pameran ini sangat menguntungkan pedagang batu akik. Ia mengaku selama dua hari pameran berlangsung bisa mendapat pemasukan dari hasil menjual batu akik cukup menggembirakan.
Biasanya pada hari biasa sehari bisa memperoleh Rp2 juta dari hasil menjual batu akik. Tapi selama dua malam pameran, ia bisa menjual batu akik hingga mencapai Rp5 juta.
Sementara itu,Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Sulteng, Abubakar Almahdali mengatakan bisnis ekonomi kreatif dalam beberapa bulan terakhir di provinsi ini tumbuh bagaikan jamur dimusim hujan.
Di Kota Palu sendiri, katanya banyak bermunculan para parajin dan penjual batu akik.
Dan rata-rata tempat penjualan batu akik saban hari ramai pembeli.
Bahkan, kata dia penggemar batu akik tidak hanya sebatas orang muda dan dewasa, tetapi anak-anakpun.
Ia mengatakan demam batu akik yang melanda masyarakat di seluruh daerah di Tanah Air, termasuk Sulteng perlu mendapat perhatian pemerintah daerah karena ini salah satu potensi sumber pendapatan asli daerah (PAD).
Karena itu, pemerintah perlu memberikan dukungan dalam bentuk bantuan peralatan bagi para perajin agar mereka bisa meningkatkan usaha tersebut. (skd)