Jakarta (antarasulteng.com) - Mantan Presiden BJ Habibie mengatakan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sudah tepat digunakan untuk Indonesia pada saat ini untuk kebutuhan pasokan daerah bisa menjadi lebih hemat anggaran.
"Nuklir sudah tepat untuk listrik, dan saya rasa tidak ada masalah," kata Habibie usai mengadakan pertemuan dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di Jakarta, Minggu.
Ia menjelaskan yang dibutuhkan dari nuklir adalah listriknya, jadi seharusnya masyarakat tidak perlu khawatir mengenai keamanannya.
"Sudah banyak negara maju menggunakan PLTN dan hingga saat ini tidak ada masalah," ujarnya.
Habibie berpendapat jika menggunakan tenaga nuklir bisa menghemat anggaran, dan aliran listriknya bisa dimaksimalkan pada teknologi transportasi.
"Nuklir bisa jadi lebih hemat, karena dayanya kuat, asalkan yang mengolah keamanan serta prosesnya adalah masyarakat Indonesia sendiri, sisanya tinggal diawasi secara kuat," katanya.
"Kita punya Badan Pengawas Tenaga Nuklir dan ini harus dikembangkan lagi potensinya untuk kebaikan masyarakat," lanjut Habibie.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) menargetkan akan mulai membangun reaktor nuklir pada tahun 2024.
"Faktanya ialah kita kekurangan listrik. Walaupun sudah memanfaatkan energi baru dan terbarukan, tapi nuklir memang tetap dibutuhkan. Harapannya pada 2024-2025 kita sudah punya reaktor," kata Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana.
Ia menjelaskan bahwa rencana untuk memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) bukan sebatas harapan, namun menjadi sebuah kebutuhan dalam memenuhi pasokan energi di masa depan.
Untuk membangun instalasi reaktor nuklir, tuturnya, dibutuhkan waktu sekitar 10 tahun. Untuk itu diperlukan persiapan yang matang agar dapat berjalan sesuai rencana. (skd)
"Nuklir sudah tepat untuk listrik, dan saya rasa tidak ada masalah," kata Habibie usai mengadakan pertemuan dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di Jakarta, Minggu.
Ia menjelaskan yang dibutuhkan dari nuklir adalah listriknya, jadi seharusnya masyarakat tidak perlu khawatir mengenai keamanannya.
"Sudah banyak negara maju menggunakan PLTN dan hingga saat ini tidak ada masalah," ujarnya.
Habibie berpendapat jika menggunakan tenaga nuklir bisa menghemat anggaran, dan aliran listriknya bisa dimaksimalkan pada teknologi transportasi.
"Nuklir bisa jadi lebih hemat, karena dayanya kuat, asalkan yang mengolah keamanan serta prosesnya adalah masyarakat Indonesia sendiri, sisanya tinggal diawasi secara kuat," katanya.
"Kita punya Badan Pengawas Tenaga Nuklir dan ini harus dikembangkan lagi potensinya untuk kebaikan masyarakat," lanjut Habibie.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) menargetkan akan mulai membangun reaktor nuklir pada tahun 2024.
"Faktanya ialah kita kekurangan listrik. Walaupun sudah memanfaatkan energi baru dan terbarukan, tapi nuklir memang tetap dibutuhkan. Harapannya pada 2024-2025 kita sudah punya reaktor," kata Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana.
Ia menjelaskan bahwa rencana untuk memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) bukan sebatas harapan, namun menjadi sebuah kebutuhan dalam memenuhi pasokan energi di masa depan.
Untuk membangun instalasi reaktor nuklir, tuturnya, dibutuhkan waktu sekitar 10 tahun. Untuk itu diperlukan persiapan yang matang agar dapat berjalan sesuai rencana. (skd)