Jakarta (ANTARA) - Hari Senin (9/5) adalah hari kerja pertama selepas libur Lebaran pada sebagian perkantoran di Ibu Kota.
Pada umumnya hari pertama seusai Lebaran, sebagian kegiatan diisi dengan Halal Bihalal dan ramah tamah manajemen dan karyawan, tradisi baik yang sering kita lakukan bertahun-tahun, saling bermaafan setelah sebulan menjalani ibadah Ramadhan.
Lebaran dua tahun terakhir ini memang berbeda dengan Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Lantaran terdampak pandemi Covid-19, dua tahun terakhir itu hampir semua perkantoran tak menyelenggarakan acara HBH tatap muka, tak terkecuali Blue Bird Group (BBG), Tbk.
Tahun 2022, manajemen BBG menyelenggarakan kembali acara HBH itu secara tatap muka, dengan tetap menjalankan standar prokes yang telah yang ditetapkan, termasuk menjalankan prosedur semua peserta dan undangan mengikuti pengecekan suhu tubuh dan memastikan semua telah mengikuti vaksinasi yang dibuktikan dengan data pada aplikasi Peduli-Lindungi yang diperiksa secara saksama.
Manajemen BBG mengundang saya untuk berbagi pandangan tentang pesan dan makna Ramadhan dan Idul Fitri dikaitkan dengan praktik manajemen kekinian di hadapan direksi dan manajemen BBG, termasuk para pimpinan pool yang datang dari berbagai wilayah di ibu kota.
Alhamdulillah, acara itu yang berlangsung pada Senin (10/5) sore itu berjalan dengan khidmat dan penuh keakraban bertempat di Gedung Blue Bird di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.
Setelah diperkenalkan oleh pembawa acara, saya diminta untuk tampil ke depan forum HBH itu.
Setelah mengucapkan salam, untuk tujuan ice breaking dan keterhubungan dengan para peserta, saya memulai sesi tersebut dengan mengajukan pertanyaan terbuka kepada para peserta;
Pelajaran atau hikmah apa yang bisa kita petik setelah sebulan ditempa rangkaian ibadah Ramadhan?
Pertanyaan itu juga ditujukan untuk para peserta yang tak menjalankan ibadah puasa Ramadhan, namun rajin berpuasa pada bulan-bulan atau hari lain, sembari mengangkat kembali kisah dan praktik puasa pada berbagai agama Samawi di dunia.
Dari tiga orang relawan yang mengangkat tangan antusias menjawab pertanyaan tersebut, jawaban mereka umumnya sejalan dengan pesan-pesan Ramadhan yang telah banyak dikumandangkan selama bulan Ramadhan; melatih kesabaran, kejujuran, solidaritas sesama dan menguatkan spiritualitas. Jawaban keran semua.
Selanjutnya saya tanyakan apa agenda penting ke depan untuk kepentingan organisasi agar lebih kuat dan tumbuh pada masa depan selepas ditempa Ramadhan?
Kembali, jawaban keren dari para peserta dengan antusias, di antaranya pertahankan disiplin dan rajin, meningkatkan kompetensi dan memperkuat kerja sama dengan sesama anggota manajemen dan hubungan industrial antara manajemen dan Serikat Pekerja, dan meningkatkan kinerja korporasi.
Saat ramah tamah sebelum sesi acara berlangsung, saya juga diperkenalkan dengan Ketua Serikat Pekerja BBG oleh Dirut PT Blue Bird Tbk. Sigit Djoekosoetono,
Yang menarik tentang pelajaran atau hikmah Ramadhan yang disampaikan oleh para karyawan tersebut semuanya sejalan dengan empat nilai budaya korporasi yang dijalankan oleh BBG Tbk yang telah dijalani bertahun-tahun sebelumnya, yakni: kejujuran, kedisiplinan, kerja keras dan kekeluargaan.
Keempat nilai budaya perusahaan tersebut sejalan dengan temuan hasil riset tentang nilai-nilai yang diyakini manajemen dan karyawan pada berbagai korporasi global terkemuka yang mampu bertahan panjang seperti ditulis oleh Jim Koezes dan Barry Posner (Leadership Challenges, 1979, 1988), dan diperkuat oleh Jim Collins dan Jerry Porras (Built to Last, 1997).
Semangat Sigit Djoekosoetoro dan jajaran manajemen BBG, Tbk tentu saja juga merupakan buah dari keberlanjutan dari proses panjang perusahaan ini sebelumnya, melanjutkan kepemimpinan Noni Purnomo yang memimpin perseroan publik ini hingga 27 Agustus 2021 dan kini Noni menjalankan peran sebagai komisaris utama perseroan.
Saat ini, Sigit Djoekosoetono didampingi Adrianto Djokosoetono sebagai Wakil Direktur Utama, Eko Yuliantoro sebagai Direktur Keuangan, Coody Johasman Majid sebagai Direktur Komersial, Pambudi Sunarsihanto sebagai Direktur Sumberdaya Manusia, dan Ronny Sugiadha sebagai Direktur Strategi dan Transformasi.
Saat acara itu, Sigit juga mengingatkan jajaran manajemen perusahaan untuk terus berbenah dan terus menyesuaikan diri untuk melakukan pelayanan terbaik untuk para pemangku kepentingan BBG sembari mengingatkan komitmen semua untuk disiplin menjalankan strategi layanan Multi-channel, Multi-payment, dan Multi-product.
Ketiga strategi layanan di atas ditujukan perusahaan untuk menghasilkan beragam inovasi layanan yang fleksibel yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan ekstra bagi para pelanggan dalam memilih jenis layanan hingga metode pembayaran sesuai dengan pilihan pelanggan.
Pada sesi itu, saya juga tak lupa menyampaikan terima kasih atas pelayanan prima yang dirasakan sejak saya menjadi pelanggan dan pengguna Blue Bird sejak awal tahun 1990an di Jakarta.
Bahkan, pada tahun 2007 saya pernah menawarkan salah satu pengemudi Blue Bird yang tinggal tak jauh dari tempat tinggal saya di Kawasan Pos Pengumben Jakarta Barat untuk menemani saya sebagai pengemudi saya saat saya mendapat amanah memimpin transformasi LKBN ANTARA dari sebuah lembaga pemerintah non departemen (LPND) menjadi Perum LKBN ANTARA pada tahun 2007-2012.
Setelah amanah itu usai, sang pengemudi itu lantas bergabung menjadi pengemudi Direksi BPJS Jamsostek hingga kini.
Dari mana nilai-nilai budaya korporasi itu berasal?
Menurut Sigit dan Pambudi, tradisi pelayanan itu dibangun sejak awal oleh para pendiri Blue Bird dan terus dirawat dan dipertahankan hingga Perusahaan berusia 50 tahun saat ini.
Nilai-nilai itu diterjemahkan dalam semua proses pengembangan sumber daya manusia, proses bisnis dan semua lini kebijakan dan operasional perusahaan, baik kepada para pengemudi maupun tenaga organik yang bekerja di BBG, sejak proses rekrut hingga setiap Insan BBG menuntaskan masa kerjanya hingga memperoleh haknya saat purna tugas.
Blue Bird berdiri sejak tahun 1972, 50 tahun yang lalu, didirikan oleh Alm. Ibu Mutiara Fatimah Djokosoetono bersama dr. Purnomo Prawiro dan Chandra Suharto didukung para mitra pengemudi, dimulai dengan 25 armada taksi di Jakarta. Dalam lama perusahaan disebutkan perusahaan mencatatkan diri pada Bursa Efek Jakarta pada tahun 2014.
Dengan didukung kurang lebih sebanyak 40 ribu mitra pengemudi di seluruh Indonesia, BBG terus bergerak melayani negeri dan anak-anak negeri, makin menggeliat lagi dan bertekad untuk terus tumbuh selepas dua tahun diterpa pandemi Covid-19.
Bila masing-masing mitra memiliki dua anak dan satu isteri, berarti terdapat kurang lebih 160 ribu anak-anak bangsa yang merasakan manfaat dari kehadiran BBG, Tbk, ditambah dengan jasa manfaat pelayanan yang diberikan oleh para mitra BBG melalui ekosistem bisnis transportasi yang terintegrasi.
Selama 50 tahun Blue Bird Group melayani Negeri, melayani rakyat Indonesia, melayani kemanusiaan. Semoga senantiasa sukses dan barokah dalam pelayanan.
*) Ahmad Mukhlis Yusuf adalah Executive and Business Coach, CEO LKBN ANTARA 2007-2012