Palu - Salahuddin, wartawan korban tembak saat meliput bentrok, tiba kembali di Kota Palu, Minggu setelah menjalani perawatan di Makassar sejak dua pekan silam.
Salahuddin tiba dari Makassar ditemani istrinya dan seorang saudaranya.
Setibanya di Bandara Mutiara Palu, jurnalis Nuansa TV Palu itu dijemput oleh rekan-rekan seprofesi yang telah menunggunya.
Wartawan yang tertembak senapan angin itu masih menggunakan kursi roda karena syaraf dan otot di tubuh bagian kanan masih kaku sehingga kaki dan tangan susah digerakkan.
Tim dokter RS Pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar sebelumnya telah mengambil peluru di leher kanan Salahuddin melalui operasi yang berlangsung selama 1,5 jam.
Rani, istri Salahuddin, mengatakan saat ini suaminya masih harus melakukan latihan berjalan setiap hari untuk membiasakan ototnya bergerak.
Salahuddin juga harus melakukan kontrol ke rumah sakit untuk pemulihan luka bekas operasi di lehernya.
Rani mengatakan, suaminya masih tetap ingin menlanjutkan profesinya sebagai jurnalis usai sembuh.
Ahmad Muchsin, rekan Salahuddin yang turut menjemput berharap temannya segera sembuh dan segera liputan bersama.
"Kalau liputan tanpa Salahuddin, rasanya kurang lengkap," kata Ahmad.
Salahuddin adalah wartawan yang kerap meliput peristiwa kriminal serta konflik sosial di Kota Palu dan sekitarnya.
Saat meliput bentrok antarwarga di Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, pada 21 Agustus 2012, Salahuddin ditembak warga yang sedang terlibat bentrok.
Akibat tembakan itu, pria berumur 34 tahun itu jatuh pingsan dan segera dilarikan ke rumah sakit.
Tertembaknya Salahuddin mendapat simpati dari rekan-rekan sesama jurnalis yang tergabung di Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Pewarta Foto Indonesia (PFI), dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia. ***1***
(T.R026/B/M026/M026) 02-09-2012 19:07:59
Salahuddin tiba dari Makassar ditemani istrinya dan seorang saudaranya.
Setibanya di Bandara Mutiara Palu, jurnalis Nuansa TV Palu itu dijemput oleh rekan-rekan seprofesi yang telah menunggunya.
Wartawan yang tertembak senapan angin itu masih menggunakan kursi roda karena syaraf dan otot di tubuh bagian kanan masih kaku sehingga kaki dan tangan susah digerakkan.
Tim dokter RS Pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar sebelumnya telah mengambil peluru di leher kanan Salahuddin melalui operasi yang berlangsung selama 1,5 jam.
Rani, istri Salahuddin, mengatakan saat ini suaminya masih harus melakukan latihan berjalan setiap hari untuk membiasakan ototnya bergerak.
Salahuddin juga harus melakukan kontrol ke rumah sakit untuk pemulihan luka bekas operasi di lehernya.
Rani mengatakan, suaminya masih tetap ingin menlanjutkan profesinya sebagai jurnalis usai sembuh.
Ahmad Muchsin, rekan Salahuddin yang turut menjemput berharap temannya segera sembuh dan segera liputan bersama.
"Kalau liputan tanpa Salahuddin, rasanya kurang lengkap," kata Ahmad.
Salahuddin adalah wartawan yang kerap meliput peristiwa kriminal serta konflik sosial di Kota Palu dan sekitarnya.
Saat meliput bentrok antarwarga di Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, pada 21 Agustus 2012, Salahuddin ditembak warga yang sedang terlibat bentrok.
Akibat tembakan itu, pria berumur 34 tahun itu jatuh pingsan dan segera dilarikan ke rumah sakit.
Tertembaknya Salahuddin mendapat simpati dari rekan-rekan sesama jurnalis yang tergabung di Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Pewarta Foto Indonesia (PFI), dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia. ***1***
(T.R026/B/M026/M026) 02-09-2012 19:07:59