Palu, (antarasulteng.com) - Perusahaan pengelola menghentikan sementara operasional produksi ladang minyak di blok Tiaka, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, sebagai dampak dari anjloknya harga minyak dunia.
Field Manager JOB Pertamina Medco E&B Tomori Sulawesi, Susanto selaku perwakilan perusahaan pengelola di hadapan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola di Palu, Rabu, mengatakan perusahaan akan kembali beroperasi jika harga minyak dunia sudah di atas USD 60 ribu per barel.
"Kalau masih di bawah itu perusahaan masih rugi," katanya.
Susanto bersama SKK Migas Kalimantan-Sulawesi menjelaskan kondisi terkini pengelolaan tambang minyak dan gas bumi di wilayah Sulawesi Tengah di hadapan Gubernur Longki Djanggola karena dalam satu bulan terakhir banyak yang mempertanyakan alasan berhentinya operasional pengeboran minyak di blok Tiaka dan Gas Dongi Senoro di Luwuk Banggai.
Susanto mengatakan penghentian operasional tersebut hanya berlangsung sementara sambil menunggu stabilnya harga minyak dunia.
Menurut Susanto cadangan minyak di pulau Tiaka masih mencapai sembilan juta kubik, namun untuk sementara belum memberikan keuntungan baik kepada perusahaan maupun negara karena harga pasar yang masih buruk.
Demikian halnya dengan produksi gas alam cair/LNG Senoro di Luwuk belum dapat dilanjutkan karena terkait harga. Susanto mengatakan produksi gas Sinoro merupakan produksi ke enam terbesar di Indonesia dan memberikan pendapat negara sebesar USD 5,6 miliar dengan asumsi harga gas sebesar USD 70 ribu per barel.
Susanto mengatakan produksi gas Sinoro juga dapat diproduksi sekitar 25 persen untuk pembangunan energi listrik.
Sementara itu Gubernur Longki Djanggola berharap penghentian sementara operasional tambang minyak dan gas tersebut tidak berlangsung lama, karenanya dia meminta kepastian tentang batas waktu penundaan tersebut.
"Supaya ada kepastian kepada masyarakat, karena banyak masyarakat yang bertanya," katanya.
Longki juga mempertanyakan komitmen PLN untuk memulai kegiatannya memanfaatkan Gas Sinoro untuk membangun pembangkit listrik.
"Karena sampai saat ini PLN belum berbuat apa-apa," katanya.
Longki meminta agar SKK Migas juga melibatkan pemerintah daerah dalam pemanfaatan gas Dongi Sinoro sehingga daerah juga dapat menerima manfaat dari aktivitas pertambangan di daerah tersebut.
"Jangan nanti ada masalah baru daerah disuruh menyelesaikan," katanya.
Field Manager JOB Pertamina Medco E&B Tomori Sulawesi, Susanto selaku perwakilan perusahaan pengelola di hadapan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola di Palu, Rabu, mengatakan perusahaan akan kembali beroperasi jika harga minyak dunia sudah di atas USD 60 ribu per barel.
"Kalau masih di bawah itu perusahaan masih rugi," katanya.
Susanto bersama SKK Migas Kalimantan-Sulawesi menjelaskan kondisi terkini pengelolaan tambang minyak dan gas bumi di wilayah Sulawesi Tengah di hadapan Gubernur Longki Djanggola karena dalam satu bulan terakhir banyak yang mempertanyakan alasan berhentinya operasional pengeboran minyak di blok Tiaka dan Gas Dongi Senoro di Luwuk Banggai.
Susanto mengatakan penghentian operasional tersebut hanya berlangsung sementara sambil menunggu stabilnya harga minyak dunia.
Menurut Susanto cadangan minyak di pulau Tiaka masih mencapai sembilan juta kubik, namun untuk sementara belum memberikan keuntungan baik kepada perusahaan maupun negara karena harga pasar yang masih buruk.
Demikian halnya dengan produksi gas alam cair/LNG Senoro di Luwuk belum dapat dilanjutkan karena terkait harga. Susanto mengatakan produksi gas Sinoro merupakan produksi ke enam terbesar di Indonesia dan memberikan pendapat negara sebesar USD 5,6 miliar dengan asumsi harga gas sebesar USD 70 ribu per barel.
Susanto mengatakan produksi gas Sinoro juga dapat diproduksi sekitar 25 persen untuk pembangunan energi listrik.
Sementara itu Gubernur Longki Djanggola berharap penghentian sementara operasional tambang minyak dan gas tersebut tidak berlangsung lama, karenanya dia meminta kepastian tentang batas waktu penundaan tersebut.
"Supaya ada kepastian kepada masyarakat, karena banyak masyarakat yang bertanya," katanya.
Longki juga mempertanyakan komitmen PLN untuk memulai kegiatannya memanfaatkan Gas Sinoro untuk membangun pembangkit listrik.
"Karena sampai saat ini PLN belum berbuat apa-apa," katanya.
Longki meminta agar SKK Migas juga melibatkan pemerintah daerah dalam pemanfaatan gas Dongi Sinoro sehingga daerah juga dapat menerima manfaat dari aktivitas pertambangan di daerah tersebut.
"Jangan nanti ada masalah baru daerah disuruh menyelesaikan," katanya.