Unismuh - JOB Tomori kembangkan ekowisata penyu di Banggai
Luwuk Banggai (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Luwuk bekerja sama dengan JOB Tomori, salah satu kontraktor kontrak kerja sama di bawah pengawasan SKK Migas, mengembangkan ekowisata penyu di pantai Desa Sinorang, Kecamatan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
Ketua Tim Konservasi Unimuh Luwuk, Dr. Samsu Adi Rahman di Luwuk, Minggu mengatakan pengembangan ekowisata penyu di wilayah tersebut dapat menjadi potensi wisata yang memiliki daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara.
"Keberadaan ekowisata penyu di pantai Sinorang memiliki daya tarik tersendiri karena penyu bertelur di sepanjang pantai Sinorang yang memiliki hamparan pasir hitam yang bersih dan ombak yang cukup besar untuk berselancar," ujarnya.
Menurut dia, objek yang terdapat di pantai Sinorang merupakan daya tarik utama bagi wisatawan untuk mengunjungi dan mengeksplorasi pengetahuan baru.
Oleh karena itu, karta dia, Unismuh Luwuk bekerja sama dengan JOB Tomori untuk mengembangkan ekowisata penyu di pantai Sinorang, Kabupaten Banggai, terutama difokuskan pada peningkatan sarana dan prasarana.
Selain itu, kata Rahman, pihaknya juga melakukan pendampingan kelompok masyarakat, baik teknis konservasi maupun pengelolaan ekowisata.
Menurut dia, pengembangan ekowisata penyu di Sinorang sangat penting dilakukan mulai dari pengembangan sarana dan prasarana, penataan tata ruang ekowisata, rencana aktivitas, serta rencana vegetasi.
“Konsep ekowisata yang dikembangkan di Sinorang Pantai menerapkan konsep yang memanfaatkan keberadaan habitat penyu dan penyu sebagai objek dan daya tarik wisatawan,” ujar Rahman.
Perencanaan ini, kata dia, akan memberikan pengetahuan kepada pengunjung mengenai pentingnya pelestarian penyu, di samping itu juga sebagai imbauan untuk menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan.
"Ekowisata penyu yang dikembangkan di pantai Sinorang Pantai didasarkan pada prinsip pengembangan destinasi wisata, dengan tujuan bisa berkelanjutan secara ekonomi, sosial dan lingkungan," ujarnya.
Ia mengatakan pihaknya telah membentuk organisasi ekowisata yang terdiri dari para masyarakat yang berkompeten di bidang ekowisata, serta melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan jasa ekowisata serta berbasis kemitraan.
"Sebelumnya telah dibentuk pengelola ekowisata penyu dengan nama Pelangi Penyu, yang terdiri dari masyarakat setempat yang akan menjadi binaan dan akan didampingi oleh Universitas Muhammadiyah Luwuk Banggai dan JOB Tomori," ujarnya.
Menurut dia, pengembangan ekowisata penyu berbasis masyarakat merupakan pola pengembangan ekowisata yang mendukung dan melibatkan masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan ekowisata secara berkelanjutan.
"Aktivitas ini akan memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk mendapatkan penghasilan alternatif. Masyarakat bisa menjadi pemandu wisata, membuka home stay, warung dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata,” paparnya.
Sehingga, lanjut dia, nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka atau meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal, baik secara materi, spiritual, kultural maupun intelektual.
Ketua Tim Konservasi Unimuh Luwuk, Dr. Samsu Adi Rahman di Luwuk, Minggu mengatakan pengembangan ekowisata penyu di wilayah tersebut dapat menjadi potensi wisata yang memiliki daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara.
"Keberadaan ekowisata penyu di pantai Sinorang memiliki daya tarik tersendiri karena penyu bertelur di sepanjang pantai Sinorang yang memiliki hamparan pasir hitam yang bersih dan ombak yang cukup besar untuk berselancar," ujarnya.
Menurut dia, objek yang terdapat di pantai Sinorang merupakan daya tarik utama bagi wisatawan untuk mengunjungi dan mengeksplorasi pengetahuan baru.
Oleh karena itu, karta dia, Unismuh Luwuk bekerja sama dengan JOB Tomori untuk mengembangkan ekowisata penyu di pantai Sinorang, Kabupaten Banggai, terutama difokuskan pada peningkatan sarana dan prasarana.
Selain itu, kata Rahman, pihaknya juga melakukan pendampingan kelompok masyarakat, baik teknis konservasi maupun pengelolaan ekowisata.
Menurut dia, pengembangan ekowisata penyu di Sinorang sangat penting dilakukan mulai dari pengembangan sarana dan prasarana, penataan tata ruang ekowisata, rencana aktivitas, serta rencana vegetasi.
“Konsep ekowisata yang dikembangkan di Sinorang Pantai menerapkan konsep yang memanfaatkan keberadaan habitat penyu dan penyu sebagai objek dan daya tarik wisatawan,” ujar Rahman.
Perencanaan ini, kata dia, akan memberikan pengetahuan kepada pengunjung mengenai pentingnya pelestarian penyu, di samping itu juga sebagai imbauan untuk menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan.
"Ekowisata penyu yang dikembangkan di pantai Sinorang Pantai didasarkan pada prinsip pengembangan destinasi wisata, dengan tujuan bisa berkelanjutan secara ekonomi, sosial dan lingkungan," ujarnya.
Ia mengatakan pihaknya telah membentuk organisasi ekowisata yang terdiri dari para masyarakat yang berkompeten di bidang ekowisata, serta melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan jasa ekowisata serta berbasis kemitraan.
"Sebelumnya telah dibentuk pengelola ekowisata penyu dengan nama Pelangi Penyu, yang terdiri dari masyarakat setempat yang akan menjadi binaan dan akan didampingi oleh Universitas Muhammadiyah Luwuk Banggai dan JOB Tomori," ujarnya.
Menurut dia, pengembangan ekowisata penyu berbasis masyarakat merupakan pola pengembangan ekowisata yang mendukung dan melibatkan masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan ekowisata secara berkelanjutan.
"Aktivitas ini akan memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk mendapatkan penghasilan alternatif. Masyarakat bisa menjadi pemandu wisata, membuka home stay, warung dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata,” paparnya.
Sehingga, lanjut dia, nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka atau meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal, baik secara materi, spiritual, kultural maupun intelektual.