Depok (ANTARA) - Tim Pengabdi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) sukses menggelar Festival dan Jelajah Budaya Sumba sebagai bagian dari Program Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (Pengmas).
Ketua Tim Pengabdi FIB UI, Dr. Hendra Kaprisma dalam keterangannya, Jumat mengatakan melalui kegiatan ini, Tim Pengabdi FIB UI berkomitmen menjalankan dialog dengan Pemerintah Daerah Sumba Barat dalam rangka merumuskan strategi revitalisasi budaya dan pengembangan ekonomi kreatif di tengah dinamika global.
"Melalui dialog yang intens, diharapkan bisa tercipta solusi-solusi konkret yang mendukung perkembangan Sumba Barat," ujar Dr. Hendra yang merupakan Manajer Umum FIB UI.
Program Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat ini bertujuan untuk merayakan kekayaan budaya Sumba, sekaligus menggali potensi guna menghadapi tantangan global seperti teknologi dan pariwisata, yang berlangsung pada 6–9 Agustus 2023.
Program pengmas tersebut dijalankan oleh Tim Pengabdi yang terdiri atas dosen dan mahasiswa FIB UI. Beberapa dosen yang terlibat, yaitu Diah Kartini Lasman, M.Hum. selaku Ketua Tim Riset Toponimi dan Festival Budaya Sumba; serta Dr. Abellia Anggi Wardani dan Nazarudin, M.A. selaku anggota tim riset.
Adapun mahasiswa yang ikut dalam program tersebut adalah Syifa Nurannisa Fadjar, Diajeng Nathaneilia Rafwa Salsabila, dan George Rheky Mikhael Taliak dari Program Studi (Prodi) Prancis; serta Raisya Rahmawati dari Prodi Rusia.
Setelah melaksanakan program pengmas selama empat hari, Tim Pengabdi FIB UI mengadakan puncak acara dengan menampilkan serangkaian pertunjukan tari, pembacaan puisi, dan pagelaran musik. Pada kesempatan itu, ditampilkan tarian-tarian tradisional, seperti Kataga, Woleka, dan Manuwolu.
Acara juga dimeriahkan penampilan musik Junga dan Perkusi, serta nyanyian Payawaw dan Pakala. Tak ketinggalan, komoditas pasar kain tenun rumahan Sumba juga memberikan ornamen yang turut mempercantik suasana.
Hendra mengatakan, Festival dan Jelajah Budaya Sumba berhasil menciptakan hubungan simbiosis yang positif antara UI dan Sumba Barat. Relasi keduanya fokus pada pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi kreatif, terutama dalam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menghasilkan kain tenun dan kopi.
Kegiatan festival ini mendapat dukungan dari berbagai tokoh masyarakat lokal, antara lain Kristopel Bili dari Rumah Seni Wanno, Paulus Tamo Ama bersama murid dan guru SMP Katolik Santo Albertus Agung Pada Eweta, kelompok penari Sanggar Tari Kataga Rua, dan ibu-ibu penenun Desa Weimangoma.
Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FIB UI, Dr. Untung Yuwono, yang juga merupakan Anggota Tim Pengmas Festival dan Jelajah Budaya Sumba, menyampaikan bahwa semangat kebersamaan dan kolaborasi dari Tim Pengabdi FIB UI telah mewujudkan Festival dan Jelajah Budaya Sumba sebagai wadah inspiratif bagi masyarakat lokal untuk mengeksplorasi kreativitas dan merajut masa depan yang lebih cerah.
Ia mengatakan tidak sekadar acara, festival ini merupakan cermin komitmen dalam menjaga identitas budaya dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Ketua Tim Pengabdi FIB UI, Dr. Hendra Kaprisma dalam keterangannya, Jumat mengatakan melalui kegiatan ini, Tim Pengabdi FIB UI berkomitmen menjalankan dialog dengan Pemerintah Daerah Sumba Barat dalam rangka merumuskan strategi revitalisasi budaya dan pengembangan ekonomi kreatif di tengah dinamika global.
"Melalui dialog yang intens, diharapkan bisa tercipta solusi-solusi konkret yang mendukung perkembangan Sumba Barat," ujar Dr. Hendra yang merupakan Manajer Umum FIB UI.
Program Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat ini bertujuan untuk merayakan kekayaan budaya Sumba, sekaligus menggali potensi guna menghadapi tantangan global seperti teknologi dan pariwisata, yang berlangsung pada 6–9 Agustus 2023.
Program pengmas tersebut dijalankan oleh Tim Pengabdi yang terdiri atas dosen dan mahasiswa FIB UI. Beberapa dosen yang terlibat, yaitu Diah Kartini Lasman, M.Hum. selaku Ketua Tim Riset Toponimi dan Festival Budaya Sumba; serta Dr. Abellia Anggi Wardani dan Nazarudin, M.A. selaku anggota tim riset.
Adapun mahasiswa yang ikut dalam program tersebut adalah Syifa Nurannisa Fadjar, Diajeng Nathaneilia Rafwa Salsabila, dan George Rheky Mikhael Taliak dari Program Studi (Prodi) Prancis; serta Raisya Rahmawati dari Prodi Rusia.
Setelah melaksanakan program pengmas selama empat hari, Tim Pengabdi FIB UI mengadakan puncak acara dengan menampilkan serangkaian pertunjukan tari, pembacaan puisi, dan pagelaran musik. Pada kesempatan itu, ditampilkan tarian-tarian tradisional, seperti Kataga, Woleka, dan Manuwolu.
Acara juga dimeriahkan penampilan musik Junga dan Perkusi, serta nyanyian Payawaw dan Pakala. Tak ketinggalan, komoditas pasar kain tenun rumahan Sumba juga memberikan ornamen yang turut mempercantik suasana.
Hendra mengatakan, Festival dan Jelajah Budaya Sumba berhasil menciptakan hubungan simbiosis yang positif antara UI dan Sumba Barat. Relasi keduanya fokus pada pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi kreatif, terutama dalam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menghasilkan kain tenun dan kopi.
Kegiatan festival ini mendapat dukungan dari berbagai tokoh masyarakat lokal, antara lain Kristopel Bili dari Rumah Seni Wanno, Paulus Tamo Ama bersama murid dan guru SMP Katolik Santo Albertus Agung Pada Eweta, kelompok penari Sanggar Tari Kataga Rua, dan ibu-ibu penenun Desa Weimangoma.
Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FIB UI, Dr. Untung Yuwono, yang juga merupakan Anggota Tim Pengmas Festival dan Jelajah Budaya Sumba, menyampaikan bahwa semangat kebersamaan dan kolaborasi dari Tim Pengabdi FIB UI telah mewujudkan Festival dan Jelajah Budaya Sumba sebagai wadah inspiratif bagi masyarakat lokal untuk mengeksplorasi kreativitas dan merajut masa depan yang lebih cerah.
Ia mengatakan tidak sekadar acara, festival ini merupakan cermin komitmen dalam menjaga identitas budaya dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.