Jakarta (ANTARA) - Beberapa pengamat militer menilai Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen TNI Maruli Simanjuntak masih menjadi kandidat kuat untuk mengisi posisi Kepala Staf TNI AD (Kasad).

Walaupun demikian, mereka menilai secara normatif, ada 15 perwira tinggi TNI AD bintang tiga yang berpotensi mengisi jabatan tertinggi di TNI AD selepas ditinggalkan oleh Jenderal TNI Agus Subiyanto yang saat ini mengemban tugas sebagai Panglima TNI.

Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas di Jakarta, Jumat, menyebut ada dua kandidat kuat yang dapat mengisi posisi Kasad, yaitu Pangkostrad Letjen TNI Maruli Simanjuntak dan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto.

Sementara itu, pengamat militer Alman Helvas Ali menilai kandidat terkuat Kasad diisi oleh Letjen TNI Maruli Simanjuntak.

Dua pengamat itu beralasan Maruli punya kedekatan dengan Presiden RI Joko Widodo, karena riwayat penugasannya, begitu juga dengan Suharyanto.

"Keduanya sama-sama pernah bertugas di lingkaran Presiden Jokowi lebih dari 1 tahun, maka tentu saja, kans Maruli maupun Suharyanto dapat dikatakan berimbang. Dengan demikian, faktor subjektivitas Jokowi akan sangat menentukan siapa yang akan dipilih dari dua nama ini," kata Anton Aliabbas merujuk pada nama Maruli dan Suharyanto.

Alman pun punya pendapat yang sama. Dia menilai Maruli cenderung menjadi kandidat kuat, karena dia pernah bertugas sebagai Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), yang mengawal kegiatan Presiden RI.

"Maruli pernah menjadi Dan (Komandan) Grup A Paspampres yang merupakan security details untuk Presiden Joko Widodo. Setelah jabatan itu, Letjen Maruli dipromosikan menjadi Danrem di Solo, yang merupakan kampung halaman Joko Widodo, kemudian menjadi Wakil Komandan Paspampres sebelum ditunjuk menjadi Danpaspampres," tutur Alman.

Dia melanjutkan faktor kedekatan dan pernah bekerja langsung dengan Presiden tampaknya menjadi pertimbangan utama untuk menduduki jabatan-jabatan tertentu di TNI. Namun, faktor itu, menurut Alman, agaknya belum berlaku untuk jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal).

"Selain itu, fakta bahwa Letjen Maruli merupakan menantu Luhut Pandjaitan adalah faktor subjektif yang tidak boleh diabaikan. Sebagaimana diketahui, Luhut Pandjaitan sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi adalah orang kepercayaan Presiden Joko Widodo untuk mengimplementasikan program-program Presiden," ujar Alman.

Untuk Maruli dan Suharyanto, Anton menilai keduanya punya riwayat penugasan yang beragam.

"Riwayat penugasan keduanya sama-sama bervariasi, mulai dari pasukan tempur hingga teritorial. Maruli terlihat lebih banyak pengalaman di pasukan tempur terutama Kopassus (Komando Pasukan Khusus), sedangkan Suharyanto memiliki riwayat penugasan beragam, mulai dari Batalyon Linud (Lintas Udara)- Raiders, guru militer, BIN, komandan teritorial, sesmilpres (sekretaris militer presiden), hingga BNPB," papar Anton Aliabbas.

Sementara untuk riwayat pendidikan, Anton menilai Maruli dan Suharyanto punya rekam jejak yang lengkap.

"Baik Maruli maupun Suharyanto sama-sama telah mengikuti semua jenjang pendidikan pengembangan seperti Sesko (Sekolah Staf dan Komando) TNI AD, Sesko TNI, dan Lemhannas (Lembaga Ketahanan Nasional)," ucap Anton.

Presiden RI Joko Widodo sejauh ini belum menetapkan Kepala Staf TNI AD, setelah Jenderal TNI Agus Subiyanto naik sebagai Panglima TNI.

Agus Subiyanto, yang dilantik sebagai Kasad oleh Presiden RI pada 25 Oktober 2023, kembali dilantik oleh Presiden tetapi untuk jabatan Panglima TNI pada 22 November 2023. Dengan demikian, tidak sampai waktu sebulan atau hanya 27 hari, Agus Subiyanto efektif menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD.

 

Pewarta : Genta Tenri Mawangi
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024