Yogyakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) Destha Titi Raharjana memperkirakan pariwisata dengan konsep ramah lingkungan bakal menjadi destinasi paling diminati wisatawan selama 2024.
"Seiring fenomena perubahan iklim yang terus terjadi tentunya mendorong kesiapan pengelola wisata untuk lebih mampu meyakinkan adanya praktik-praktik baik dalam pengelolaan lingkungan di destinasi wisata," kata Destha di Yogyakarta, Senin.
Pengelolaan lingkungan di desa-desa wisata, kata dia, juga diharapkan mampu menjadi pengungkit perekonomian sekaligus meningkatkan apresiasi terhadap budaya setempat.
Menurut Destha, orientasi untuk mewujudkan pariwisata berkualitas harus mampu mengiringi proses dari perubahan tren pariwisata yang terus berjalan.
Pariwisata berkualitas, kata dia, mencakup sejumlah aspek yang meliputi peningkatan nilai tambah pariwisata, pengalaman wisatawan secara total, dan mendorong tindakan perbaikan daya dukung lingkungan.
Destha menuturkan minat terhadap pengalaman budaya di lokasi yang dikunjungi masih diminati wisatawan, apalagi Indonesia banyak menawarkan beraneka ragam kebudayaan sebagai pendukung kebangkitan sektor pariwisata.
"Tren untuk mendapatkan kebugaran di kala perjalanan wisata nampaknya juga semakin dicari. Lewat konsep 'wellness tourism' Indonesia adalah gudangnya," ujar dia.
Destha berpendapat keragaman fasilitas pendukung yang terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir seperti hotel dan restoran yang tersebar di beberapa destinasi utama berpeluang semakin mendukung peningkatan perekonomian pariwisata di Indonesia.
Menurut dia, tidak kalah penting adalah aspek digitalisasi untuk mendukung kegiatan pariwisata khususnya yang menyasar wisatawan generasi Z, yang lebih percaya dengan media sosial.
"Tentu saja pada akhirnya peluang dan tuntutan atas selera wisatawan perlu dijawab dengan kesiapan ekosistem pendukung sektor kepariwisataan agar daya saing kita semakin lebih baik," kata dia.
"Seiring fenomena perubahan iklim yang terus terjadi tentunya mendorong kesiapan pengelola wisata untuk lebih mampu meyakinkan adanya praktik-praktik baik dalam pengelolaan lingkungan di destinasi wisata," kata Destha di Yogyakarta, Senin.
Pengelolaan lingkungan di desa-desa wisata, kata dia, juga diharapkan mampu menjadi pengungkit perekonomian sekaligus meningkatkan apresiasi terhadap budaya setempat.
Menurut Destha, orientasi untuk mewujudkan pariwisata berkualitas harus mampu mengiringi proses dari perubahan tren pariwisata yang terus berjalan.
Pariwisata berkualitas, kata dia, mencakup sejumlah aspek yang meliputi peningkatan nilai tambah pariwisata, pengalaman wisatawan secara total, dan mendorong tindakan perbaikan daya dukung lingkungan.
Destha menuturkan minat terhadap pengalaman budaya di lokasi yang dikunjungi masih diminati wisatawan, apalagi Indonesia banyak menawarkan beraneka ragam kebudayaan sebagai pendukung kebangkitan sektor pariwisata.
"Tren untuk mendapatkan kebugaran di kala perjalanan wisata nampaknya juga semakin dicari. Lewat konsep 'wellness tourism' Indonesia adalah gudangnya," ujar dia.
Destha berpendapat keragaman fasilitas pendukung yang terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir seperti hotel dan restoran yang tersebar di beberapa destinasi utama berpeluang semakin mendukung peningkatan perekonomian pariwisata di Indonesia.
Menurut dia, tidak kalah penting adalah aspek digitalisasi untuk mendukung kegiatan pariwisata khususnya yang menyasar wisatawan generasi Z, yang lebih percaya dengan media sosial.
"Tentu saja pada akhirnya peluang dan tuntutan atas selera wisatawan perlu dijawab dengan kesiapan ekosistem pendukung sektor kepariwisataan agar daya saing kita semakin lebih baik," kata dia.