Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebutkan pertemuan antara eksportir Indonesia dan perusahaan importir asal Kanada menghasilkan potensi transaksi sebesar 1,8 juta dolar AS atau senilai Rp26 miliar untuk produk makanan dan minuman.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Didi Sumedi mengatakan, pertemuan ini diikuti oleh 29 eksportir Indonesia dan lima perusahaan importir asal Kanada.
"Pertemuan dengan perusahaan importir asal Kanada menghasilkan potensi transaksi Rp27 miliar untuk 12 bulan ke depan. Pertemuan-pertemuan tersebut digelar sebagai upaya meningkatkan ekspor makanan dan minuman olahan ke pasar global," kata Didi melalui keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Produk yang paling diminati para calon pembeli adalah rempah organik, kopi, turunan kelapa, serta kacang-kacangan dan olahannya. Beberapa komoditas lain yang juga ditawarkan oleh usaha kecil dan menengah (UKM) adalah bumbu masak, beras organik, hasil laut, kecap, buah kering, virgin coconut oil, dan produk bersertifikasi lainnya.
Pertemuan-pertemuan tersebut adalah bagian dari implementasi kerja sama Direktorat Jenderal PEN Kemendag dengan Trade Facilitation Office (TFO) Kanada.
Kemendag juga secara berkesinambungan menyelenggarakan forum negosiasi bilateral dengan pemerintah Kanada untuk merealisasikan skema perjanjian perdagangan Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership.
Selama tiga hari penyelenggaraan misi pembelian yang berlangsung pada 5-7 Februari 2024, beberapa calon pembeli juga mengharapkan agar perwakilan UKM Indonesia yang hadir dapat mengirimkan contoh produk sesuai tren pasar Kanada.
Para calon pembeli mengharapkan sampel produk disertai rincian penawaran harga grosir untuk tujuan ekspor. Sebagai tindak lanjut, Ditjen PEN akan terus memonitor perkembangan negosiasi antara para pelaku bisnis yang berpartisipasi.
Kanada merupakan mitra dagang Indonesia di pasar global yang menempati posisi ke-30. Di sepanjang 2022, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke negara di Kawasan Amerika Utara ini terbukukan senilai 1,27 miliar dolar AS dengan pertumbuhan 9,21 persen selama lima tahun terakhir.
Statistics Canada menunjukkan, impor Kanada dari dunia mencapai 27,9 miliar dolar AS pada 2022 untuk produk makanan, termasuk hasil olahan pertanian dan perikanan.
"Imbas perang Rusia-Ukraina di antaranya adalah terhambatnya rantai pasok global, khususnya menyangkut ketersediaan pangan yang selama ini lebih banyak diimpor dari Amerika Serikat dan Eropa. Untuk itu, Pemerintah Kanada menerapkan kebijakan impor dari mitra dagang lainnya termasuk Indonesia," ujar Didi.
Pada 2022, ekspor makanan Indonesia ke Kanada memperoleh transaksi senilai 68,62 juta dolar AS dengan tren pertumbuhan 26,42 persen selama lima tahun terakhir.
Jenis makanan Indonesia yang paling dibutuhkan penduduk Kanada meliputi minyak nabati atau hewan yang aman dikonsumsi, nanas, udang, kepiting, pasta, wafel dan wafer, biskuit manis, ekstrak kopi, gula dan pemanis lainnya, serta olahan cumi.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Didi Sumedi mengatakan, pertemuan ini diikuti oleh 29 eksportir Indonesia dan lima perusahaan importir asal Kanada.
"Pertemuan dengan perusahaan importir asal Kanada menghasilkan potensi transaksi Rp27 miliar untuk 12 bulan ke depan. Pertemuan-pertemuan tersebut digelar sebagai upaya meningkatkan ekspor makanan dan minuman olahan ke pasar global," kata Didi melalui keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Produk yang paling diminati para calon pembeli adalah rempah organik, kopi, turunan kelapa, serta kacang-kacangan dan olahannya. Beberapa komoditas lain yang juga ditawarkan oleh usaha kecil dan menengah (UKM) adalah bumbu masak, beras organik, hasil laut, kecap, buah kering, virgin coconut oil, dan produk bersertifikasi lainnya.
Pertemuan-pertemuan tersebut adalah bagian dari implementasi kerja sama Direktorat Jenderal PEN Kemendag dengan Trade Facilitation Office (TFO) Kanada.
Kemendag juga secara berkesinambungan menyelenggarakan forum negosiasi bilateral dengan pemerintah Kanada untuk merealisasikan skema perjanjian perdagangan Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership.
Selama tiga hari penyelenggaraan misi pembelian yang berlangsung pada 5-7 Februari 2024, beberapa calon pembeli juga mengharapkan agar perwakilan UKM Indonesia yang hadir dapat mengirimkan contoh produk sesuai tren pasar Kanada.
Para calon pembeli mengharapkan sampel produk disertai rincian penawaran harga grosir untuk tujuan ekspor. Sebagai tindak lanjut, Ditjen PEN akan terus memonitor perkembangan negosiasi antara para pelaku bisnis yang berpartisipasi.
Kanada merupakan mitra dagang Indonesia di pasar global yang menempati posisi ke-30. Di sepanjang 2022, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke negara di Kawasan Amerika Utara ini terbukukan senilai 1,27 miliar dolar AS dengan pertumbuhan 9,21 persen selama lima tahun terakhir.
Statistics Canada menunjukkan, impor Kanada dari dunia mencapai 27,9 miliar dolar AS pada 2022 untuk produk makanan, termasuk hasil olahan pertanian dan perikanan.
"Imbas perang Rusia-Ukraina di antaranya adalah terhambatnya rantai pasok global, khususnya menyangkut ketersediaan pangan yang selama ini lebih banyak diimpor dari Amerika Serikat dan Eropa. Untuk itu, Pemerintah Kanada menerapkan kebijakan impor dari mitra dagang lainnya termasuk Indonesia," ujar Didi.
Pada 2022, ekspor makanan Indonesia ke Kanada memperoleh transaksi senilai 68,62 juta dolar AS dengan tren pertumbuhan 26,42 persen selama lima tahun terakhir.
Jenis makanan Indonesia yang paling dibutuhkan penduduk Kanada meliputi minyak nabati atau hewan yang aman dikonsumsi, nanas, udang, kepiting, pasta, wafel dan wafer, biskuit manis, ekstrak kopi, gula dan pemanis lainnya, serta olahan cumi.