Jakarta (ANTARA) - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (PUSKEPI), Sofyano Zakaria mengatakan pengembangan Hydrogen Refueling Station (HRS) oleh PT PLN Indonesia Power, subholding PT PLN (Persero) membuktikan komitmen negara terhadap transisi energi pada sektor otomotif di kancah internasional.
"Saya pikir itu bentuk komitmen negara yang hadir melalui inovasi dari BUMN dan Subholdingnya, kali ini PLN Indonesia Power telah membuktikannya di kancah internasional,” katanya dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Dalam hal ini, lanjutnya, PLN Indonesia Power membuktikan telah menjadi pionir dalam pembentukan ekosistem transisi energi pada sektor otomotif.
"Saya yakin, PLN khususnya PLN Indonesia Power akan menjadi pemain utama dalam penyediaan hidrogen hijau untuk berbagai kebutuhan, khususnya untuk kendaraan berbahan gerak hidrogen," katanya.
Secara data, penggunaan HRS ini akan mampu menekan importasi 1,59 juta liter bahan bakar minyak/BBM per tahun. Selain penghematan penggunaan BBM berbasis fosil, penurunan emisi dipastikan terjadi sebesar 4,15 juta kilogram per tahun.
PLN Indonesia Power turut ambil bagian pada pameran otomotif tahunan Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 dengan membawa HRS yang sudah mampu mengalirkan hidrogen ke kendaraan.
HRS merupakan bentuk hilirisasi dari Green Hydrogen Plant (GHP) yang antara lain merupakan residu dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/PLTP, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap/PLTGU dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap/PLTU.
"Ini bukti komitmen korporasi terhadap pengembangan energi baru terbarukan dan pengembangan ekosistem kendaraan masa depan," kata Sofyano.
Menurut dia, upaya mengubah energi listrik, menjadi energi gerak otomotif itu perlu diapresiasi, hal itu penting untuk menjaga kelanjutan program transisi energi nasional yang merupakan turunan dari cita-cita global.
Untuk itu, tegasnya, skala produksi hidrogen hijau harus terus ditingkatkan dan langkah maju PLN Indonesia Power itu harus menjadi semangat masyarakat untuk menggunakan energi hijau.
"Dengan ini, saya yakin cita-cita net zero emission/NZE pada 2060 akan tercapai lebih cepat," katanya.
"Saya pikir itu bentuk komitmen negara yang hadir melalui inovasi dari BUMN dan Subholdingnya, kali ini PLN Indonesia Power telah membuktikannya di kancah internasional,” katanya dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Dalam hal ini, lanjutnya, PLN Indonesia Power membuktikan telah menjadi pionir dalam pembentukan ekosistem transisi energi pada sektor otomotif.
"Saya yakin, PLN khususnya PLN Indonesia Power akan menjadi pemain utama dalam penyediaan hidrogen hijau untuk berbagai kebutuhan, khususnya untuk kendaraan berbahan gerak hidrogen," katanya.
Secara data, penggunaan HRS ini akan mampu menekan importasi 1,59 juta liter bahan bakar minyak/BBM per tahun. Selain penghematan penggunaan BBM berbasis fosil, penurunan emisi dipastikan terjadi sebesar 4,15 juta kilogram per tahun.
PLN Indonesia Power turut ambil bagian pada pameran otomotif tahunan Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 dengan membawa HRS yang sudah mampu mengalirkan hidrogen ke kendaraan.
HRS merupakan bentuk hilirisasi dari Green Hydrogen Plant (GHP) yang antara lain merupakan residu dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/PLTP, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap/PLTGU dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap/PLTU.
"Ini bukti komitmen korporasi terhadap pengembangan energi baru terbarukan dan pengembangan ekosistem kendaraan masa depan," kata Sofyano.
Menurut dia, upaya mengubah energi listrik, menjadi energi gerak otomotif itu perlu diapresiasi, hal itu penting untuk menjaga kelanjutan program transisi energi nasional yang merupakan turunan dari cita-cita global.
Untuk itu, tegasnya, skala produksi hidrogen hijau harus terus ditingkatkan dan langkah maju PLN Indonesia Power itu harus menjadi semangat masyarakat untuk menggunakan energi hijau.
"Dengan ini, saya yakin cita-cita net zero emission/NZE pada 2060 akan tercapai lebih cepat," katanya.