Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berupaya menjaga 2,8 juta hektare lahan hidrologis gambut di Kalimantan Barat (Kalbar), yang sebagian besar mulai mengering dari ancaman kebakaran dengan melaksanakan operasi modifikasi cuaca.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya di Jakarta Sabtu mengatakan, musim kemarau yang mulai melanda dengan sifat hujan di bawah normal membuat sebagian besar lahan gambut di Kalimantan Barat tersebut sudah mengering sehingga rawan terbakar.
Kerawanan didapatkan berdasarkan data SIPALAGA Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), yang menunjukkan saat ini kandungan air tanah pada lahan hidrologis gambut Kalimantan Barat sudah sangat rendah berada di bawah 40 centimeter.
Kepala BMKG menilai kondisi tersebut telah mendesak pihaknya untuk segera melaksanakan operasi modifikasi cuaca, yang diharapkan dapat meningkatkan potensi hujan dan membasahi kembali jutaan hektare lahan gambut Kalimantan Barat sehingga menurunkan kerawanan terbakar, termasuk juga pada lahan mineral, kawasan hutan, dan sebagainya.
Dalam perencanaan operasi modifikasi cuaca BMKG tersebut berlangsung setidaknya selama 11 hari atau berakhir hingga 5 Juli 2024, dan dapat diperpanjang bila masih diperlukan.
Wilayah gambut yang tersebar di enam kabupaten meliputi Kubu Raya, Ketapang, Sambas, Sintang, Sekadau, dan Kabupaten Sanggau menjadi target sasaran operasi modifikasi cuaca itu.
Selain Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BRGM, dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat kegiatan modifikasi cuaca BMKG ini juga didukung oleh Skadron 4 Lanud Abdurachman Saleh, Malang, Jawa Timur yang menyiagakan armada CASA 212-200 untuk menyemai sebanyak 13 ton garam (Natrium klorida/NaCl) ke langit Kalimantan Barat.
Tim penyemaian diharapkan bisa maksimal memanfaatkan waktu yang ada tersebut. Bila merujuk analisa tim meteorologi BMKG pada dasarian terakhir bulan Juni - dasarian pertama Juli itu masih ada sebaran awan yang berpotensi untuk menurunkan hujan, sebelum bulan pertengahan Juli - September yang menjadi puncak musim kemarau tahun ini.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya di Jakarta Sabtu mengatakan, musim kemarau yang mulai melanda dengan sifat hujan di bawah normal membuat sebagian besar lahan gambut di Kalimantan Barat tersebut sudah mengering sehingga rawan terbakar.
Kerawanan didapatkan berdasarkan data SIPALAGA Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), yang menunjukkan saat ini kandungan air tanah pada lahan hidrologis gambut Kalimantan Barat sudah sangat rendah berada di bawah 40 centimeter.
Kepala BMKG menilai kondisi tersebut telah mendesak pihaknya untuk segera melaksanakan operasi modifikasi cuaca, yang diharapkan dapat meningkatkan potensi hujan dan membasahi kembali jutaan hektare lahan gambut Kalimantan Barat sehingga menurunkan kerawanan terbakar, termasuk juga pada lahan mineral, kawasan hutan, dan sebagainya.
Dalam perencanaan operasi modifikasi cuaca BMKG tersebut berlangsung setidaknya selama 11 hari atau berakhir hingga 5 Juli 2024, dan dapat diperpanjang bila masih diperlukan.
Wilayah gambut yang tersebar di enam kabupaten meliputi Kubu Raya, Ketapang, Sambas, Sintang, Sekadau, dan Kabupaten Sanggau menjadi target sasaran operasi modifikasi cuaca itu.
Selain Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BRGM, dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat kegiatan modifikasi cuaca BMKG ini juga didukung oleh Skadron 4 Lanud Abdurachman Saleh, Malang, Jawa Timur yang menyiagakan armada CASA 212-200 untuk menyemai sebanyak 13 ton garam (Natrium klorida/NaCl) ke langit Kalimantan Barat.
Tim penyemaian diharapkan bisa maksimal memanfaatkan waktu yang ada tersebut. Bila merujuk analisa tim meteorologi BMKG pada dasarian terakhir bulan Juni - dasarian pertama Juli itu masih ada sebaran awan yang berpotensi untuk menurunkan hujan, sebelum bulan pertengahan Juli - September yang menjadi puncak musim kemarau tahun ini.