Palu (ANTARA) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palu berbagi pengalaman tentang dunia jurnalistik dengan Sekolah Sukma Bangsa di Desa Maku, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
"Ini sangatlah baik. Tidak semua sekolah punya ekstrakurikuler jurnalistik. Sangat beruntung anak-anak di Sekolah Sukma Bangsa Sigi karena bisa belajar jurnalistik setiap pekan," kata Ketua AJI Palu Agung Sumandjaya di Sigi, Sabtu.
Sekolah Sukma Bangsa Sigi hingga saat ini masih berbenah dalam peningkatan kapasitas para peserta didik. Tidak hanya terhadap fasilitas penunjang pendidikan, tetapi juga terhadap pelajaran formal dan nonformal.
Ia mengapresiasi keberlangsungan pembelajaran jurnalistik dalam menunjang literasi di sekolah yang diterapkan sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
Jurnalistik adalah salah satu kegiatan non-pelajaran formal yang diselenggarakan Sekolah Sukma Bangsa Sigi sebagai wadah kegiatan pengembangan karakter dalam rangka perluasan minat, bakat, kemampuan, potensi diri, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian peserta didik. Selain jurnalistik, ada pramuka, tinju, dan taekwondo.
Menurut dia, jurnalistik memang bukan pilihan yang diminati pelajar secara umum.
Akan tetapi, kata dia, dengan menghadirkan kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik, hal itu pilihan tepat sebagai sarana pendidikan anak untuk mengembangkan budaya literasi, khususnya di lingkungan sekolah.
"Bagi saya, ini sangat baik sekali. Kalau dulunya kita belajar jurnalistik saat mengikuti pelatihan, workshop atau seminar. Sekarang anak-anak bisa belajar jurnalistik di bangku sekolah. Semestinya sangat bersyukur," katanya.
Dia mengharapkan para siswa lebih sering membaca dan memperdalam pengetahuan literasi.
Bahkan dia memberikan tantangan kepada para siswa untuk menghasilkan karya jurnalistik yang dapat dipublikasikan di media arus utama.
"Ini sangatlah baik. Tidak semua sekolah punya ekstrakurikuler jurnalistik. Sangat beruntung anak-anak di Sekolah Sukma Bangsa Sigi karena bisa belajar jurnalistik setiap pekan," kata Ketua AJI Palu Agung Sumandjaya di Sigi, Sabtu.
Sekolah Sukma Bangsa Sigi hingga saat ini masih berbenah dalam peningkatan kapasitas para peserta didik. Tidak hanya terhadap fasilitas penunjang pendidikan, tetapi juga terhadap pelajaran formal dan nonformal.
Ia mengapresiasi keberlangsungan pembelajaran jurnalistik dalam menunjang literasi di sekolah yang diterapkan sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
Jurnalistik adalah salah satu kegiatan non-pelajaran formal yang diselenggarakan Sekolah Sukma Bangsa Sigi sebagai wadah kegiatan pengembangan karakter dalam rangka perluasan minat, bakat, kemampuan, potensi diri, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian peserta didik. Selain jurnalistik, ada pramuka, tinju, dan taekwondo.
Menurut dia, jurnalistik memang bukan pilihan yang diminati pelajar secara umum.
Akan tetapi, kata dia, dengan menghadirkan kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik, hal itu pilihan tepat sebagai sarana pendidikan anak untuk mengembangkan budaya literasi, khususnya di lingkungan sekolah.
"Bagi saya, ini sangat baik sekali. Kalau dulunya kita belajar jurnalistik saat mengikuti pelatihan, workshop atau seminar. Sekarang anak-anak bisa belajar jurnalistik di bangku sekolah. Semestinya sangat bersyukur," katanya.
Dia mengharapkan para siswa lebih sering membaca dan memperdalam pengetahuan literasi.
Bahkan dia memberikan tantangan kepada para siswa untuk menghasilkan karya jurnalistik yang dapat dipublikasikan di media arus utama.