Palu (ANTARA) -
Pemerintah daerah dan berbagai himpunan, lembaga maupun organisasi kemasyarakatan  di Sulawesi Tengah terus berupaya merangsang pertumbuhan pariwisata pascabencana alam melanda daerah ini.

Salah satu upaya yang dilakukan yakni menggelar Festival Tenun Sulawesi Tengah 2019 sebagai ajang promosi budaya produk tenun lokal khas di Sulteng.

"Kenapa kami memilih tenun karena melihat potensi dan kualitas kain tenun Sulteng yang bisa setara dengan kain tenun di daerah lain," kata Koordinator Generasi Pesona Indonesia (GenPi) Sulteng Gio Mandike kepada sejumlah jurnalis di Palu, Minggu malam.

Apalagi kata dia, festival yang diselenggarakan  di Taman Gelanggang Olahraga (GOR) Reborn Kota Palu (28-30/6) itu telah mendapat dukungan dari pemerintah daerah seperi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, dinas pariwisata hingga dinas usaha, mikro kecil dan menengah (UMKM).

"Kain tenun di Sulteng ini biasanya hanya dipakai untuk ritual adat, saat acara seperti pesta pernikahan dan hanya diminati orang tua. Kita juga ingin memperkenalkan dengan kaum milenial," ujarnya.

Ini dilakukan mengingat banyak kaum milenial (anak-anak) muda di Sulteng saat ini cenderung masa bodoh dan kurang peduli dengan warisan budaya yang ada akibat perkembangan media sosial terutama game online.

"Agar kain tenun dijadikan sebagai warisan daerah yang wajib dilestarikan dan diperkenalkan dengan milenial. Di Sulteng yang terkenal kain tenun Donggala,"ujarnya.

Ia yakin kegiatan tersebut dapat menarik minat wisatawan lokal dan luar Sulteng untuk menghadiri dan mengikuti kegiatan tersebut sehingga dapat berkontribusi terhadap upaya pemerintah daerah memulihkan Sulteng pasca bencana terlebih di sektor ekonomi dan pariwisata.
 

Pewarta : Muhammad Arshandi
Editor : Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2024