Palu (ANTARA) - Ketua Tim JICA (Japan Internasional Cooperation Agency) untuk bantuan pembangunan kemasyarakatan pascabencana di Sulawesi Tengah Hideki Hiroshige, Kamis di Palu, melihat dari dekat aktivitas usaha pembuatan ikan bandeng segar tanpa tulang yang sedang dikembangkan Dinas Kelautan dan Perikanan setempat.
Hideki Hiroshige yang didampingi Kepala Bappeda Sulteng Hasanuddin Atjo dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Moh Arief Latjuba tampak serius memperhatikan kegiatan sejumlah warga yang sedang dilatih mencabut tulang-tulang dari ikan bandeng segar.
"Setiap ekor butuh waktu 10 menit untuk menyelesaikan pembersihan sisik sampai pencabutan tulang, tetapi kalau pembersihan sisik menggunakan mesin, maka waktu pencabutan duri bisa lebih pendek," kata seorang peserta pelatihan.
Dinas Kelautan dan Perikanan sedang menyelenggarakan pelatihan untuk 60-an peserta dari berbagai daerah di Sulteng dalam membuat ikan bandeng segar tanpa duri yang akan berlangsung selama tiga bulan.
Baca juga: UMKM korban bencana Palu yang produksi bandeng bebas duri akan dapat bantuan
Baca juga: Parigi Moutong akan jadi sentra pengembangan ikan bandeng hulu-hilir
Baca juga: Ikan bandeng Sulteng mulai diekspor (vidio)
Ketua Bappeda Sulteng Hasanuddin Atjo yang mendampingi Hideki Hiroshige mengatakan bahwa Ketua Tim JICA untuk pembangunan Sulteng pascagempa ini tertarik melihat usaha bandeng tanpa tulang tersebut karena bisa menjadi salah satu usaha yang dikembangkan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat korban gempa.
Sedangkan Kepala Dinas KP Sulteng Moh. Arief Latjuba mengatakan bahwa ikan bandeng segar yang dicabut tulangnya minimal berukuran 500 gram tiap ekor dan beratnya akan berkurang 30 persen setelah tulang-tulangnya dibersihkan.
"Meski beratnya berkurang, namun nilai jualnya akan naik sehingga para pengusaha akan memperoleh nilai tambah yang cukup besar," ujarnya.
Keterangan yang diperoleh dari DKP Sulteng menyebutkan bahwa harga ikan bandeng segar tanpa tulang rata-rata Rp15.000/ekor, sedangkan harga sebelum dicabut tulang-tulangnya rata-rata sekitar Rp7.500/ekor.
Sebelum bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuefaksi melanda Kota Palu pada 28 September 2018, sudah cukup banyak warga yang mengembangkan usaha kecil pembuatan bandeng tanpa tulang, namun kemudian terhenti setelah bencana merusak aset-aset mereka baik rumah maupun peralatan usaha, bahkan ada yang meninggal dunia.
Ketua Tim JICA untuk bantuan pembangunan kembali Sulteng pascabencana Hideki Hiroshige (kedua kanan) berbincang dengan Ketua Bappeda Sulteng Hasanuddin Atjo dan Kepala Dinas KP Sulteng Moh. Arief Latjuba (kiri) (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)
Hideki Hiroshige yang didampingi Kepala Bappeda Sulteng Hasanuddin Atjo dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Moh Arief Latjuba tampak serius memperhatikan kegiatan sejumlah warga yang sedang dilatih mencabut tulang-tulang dari ikan bandeng segar.
"Setiap ekor butuh waktu 10 menit untuk menyelesaikan pembersihan sisik sampai pencabutan tulang, tetapi kalau pembersihan sisik menggunakan mesin, maka waktu pencabutan duri bisa lebih pendek," kata seorang peserta pelatihan.
Dinas Kelautan dan Perikanan sedang menyelenggarakan pelatihan untuk 60-an peserta dari berbagai daerah di Sulteng dalam membuat ikan bandeng segar tanpa duri yang akan berlangsung selama tiga bulan.
Baca juga: UMKM korban bencana Palu yang produksi bandeng bebas duri akan dapat bantuan
Baca juga: Parigi Moutong akan jadi sentra pengembangan ikan bandeng hulu-hilir
Baca juga: Ikan bandeng Sulteng mulai diekspor (vidio)
Ketua Bappeda Sulteng Hasanuddin Atjo yang mendampingi Hideki Hiroshige mengatakan bahwa Ketua Tim JICA untuk pembangunan Sulteng pascagempa ini tertarik melihat usaha bandeng tanpa tulang tersebut karena bisa menjadi salah satu usaha yang dikembangkan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat korban gempa.
Sedangkan Kepala Dinas KP Sulteng Moh. Arief Latjuba mengatakan bahwa ikan bandeng segar yang dicabut tulangnya minimal berukuran 500 gram tiap ekor dan beratnya akan berkurang 30 persen setelah tulang-tulangnya dibersihkan.
"Meski beratnya berkurang, namun nilai jualnya akan naik sehingga para pengusaha akan memperoleh nilai tambah yang cukup besar," ujarnya.
Keterangan yang diperoleh dari DKP Sulteng menyebutkan bahwa harga ikan bandeng segar tanpa tulang rata-rata Rp15.000/ekor, sedangkan harga sebelum dicabut tulang-tulangnya rata-rata sekitar Rp7.500/ekor.
Sebelum bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuefaksi melanda Kota Palu pada 28 September 2018, sudah cukup banyak warga yang mengembangkan usaha kecil pembuatan bandeng tanpa tulang, namun kemudian terhenti setelah bencana merusak aset-aset mereka baik rumah maupun peralatan usaha, bahkan ada yang meninggal dunia.