Jakarta (ANTARA) - Di sudut Kota Shanghai, tepatnya di Qingchun Town Fengxian District, berdiri sebuah bangunan empat lantai di tengah bangunan lainnya. Di dalamnya, terdapat fasilitas pengolahan sarang burung walet yang disulap menjadi minuman sehat dan makanan lezat.

Siapa sangka, produk yang diambil dari air liur burung walet tersebut berasal dari Kalimantan, Indonesia.

Yan Ty Ty, demikian nama perusahaan yang memproduksi moon cake berbahan baku sarang burung walet khas China. Perusahaan ini dimiliki oleh pasangan Indonesia-Tiongkok, di mana sang istri bernama Lily yang merupakan warga negara Tiongkok menjadi pengelola Yan Ty Ty, dan suami yakni Rudy Foniaty adalah eksportir walet mentah asal Indonesia di bawah naungan PT Anugerah Citra Walet Indonesia.

Dari 100 rumah walet miliknya di pedalaman Kalimantan, Rudy mampu memenuhi kebutuhan sarang walet miliknya ke pasar China, kendati jumlahnya masih kecil.

"Baru lima persen masyarakat China yang mengetahui sarang walet yang berasal dari Indonesia. Potensi ini sangat besar sekali. Kami akan menambah rumah walet hingga 1.000 buah untuk memenuhi kebutuhan di China," kata Rudy. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat mengunjungi pabrik pengolahan sarang burung walet Yan Ty Ty di Shanghai, China. (ANTARA/ Sella Panduarsa Gareta)
Yan Ty Ty mendapatkan pasokan bahan baku sarang burung walet mentah dari PT Anugerah Citra Walet Indonesia 027 yang berkantor pusat di Bogor, Jawa Barat. Kemudian sarang burung itu diolah menjadi beberapa produk turunan berupa makanan, minuman serta kosmetik.

Dengan bangga, Presiden Joko Widodo turut mempromosikan Yan Ty Ty pada 2018 dengan terjemahan berbahasa Mandarin, yang membuat produk itu makin dikenal luas di Tiongkok.

"Tahun ini ada 60 toko waralaba turut menjual produk kami. Sebenarnya di Tiongkok sarang burung walet Indonesia kurang dikenal. Jadi, kami terus edukasi, apalagi dengan dukungan Pak Jokowi, akan lebih terkenal lagi. Sebelum ada promosi dari Pak Jokowi belum ada waralaba," kata Rudy.

Kinerja ekspor

Pada kunjungan kerjanya ke China, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita meluangkan waktu untuk blusukan ke pabrik pengolahan Yan Ty Ty. Mendag mengapresiasi usaha yang didirikan dua anak muda berbeda negara tersebut, karena dianggap mampu menggeliatkan perekonomian kedua bangsa.

Ekspor sarang burung walet Indonesia pada tahun 2018 tercatat sebesar 70 ton dengan nilai 140,5 juta dolar AS dari 21 perusahaan.

Untuk meningkatkan ekspor sarang burung walet, saat ini tujuh perusahaan lainnya dalam proses verifikasi untuk mendapatkan sertifikasi dan CNCA. Kehadiran Mendag di China guna mempercepat proses sertifikasi dimaksud.

Mendag mengajak para importir sarang burung walet China untuk berinvestasi di Indonesia yang merupakan penghasil utama sarang burung walet untuk diolah dan diekspor kembali ke China, negara-negara ASEAN, dan Australia.

“Investasi sarang burung China di Indonesia akan memberi kemudahan atas produk makanan olahan dalam hal proses dan pemenuhan persyaratan ekspor ke China,” jelas Mendag.

Menurut Mendag, ekspor sarang burung walet merupakan komoditas prioritas yang berpotensi besar mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia terhadapa China. Hal ini mengingat tingginya nilai dari produk sarang burung walet dan produk turunannya.

"Bayangkan, kalau satu kilogram (kg) saja harganya Rp25 juta, bagaimana kalau satu ton. Nilainya begitu tinggi," ungkap Mendag.
Pada kesempatan yang sama, Mendag juga melobi Pemerintah China, khususnya General Administration of Custom China (GACC) untuk lebih membuka dan memudahkan ekspor sarang burung walet indonesia.

”Kementerian Perdagangan, khususnya melalui Atase Perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center siap membantu dan memfasilitasi para eksportir untuk memperluas pasar ekspornya di berbagai negara,” pungkasnya.

Tahun ini, ekspor sarang burung walet semakin menggeliat. Hal tersebut dibuktikan dari terselenggaranya penandatanganan kontrak ekspor sarang burung walet antara perusahaan Indonesia dengan perusahaan asal China di Jakarta.

Adapun penandatanganan kontrak dari Indonesia dilakukan oleh Direktur Utama PT Tong Heng Investment Indonesia Suyanti Ang. Sementara perusahaan asal China dilakukan oleh Pimpinan Quanzhou Yuyan Family Biotechnology Co., Ltd (Bird Nest Diary) Lu Yu Meng dan Pimpinan Xiamen Fuen Imp & Exp Co., Ltd. Lin Wei Ting.

“Pada kesempatan ini, kita menyaksikan penandatanganan kontrak ekspor sarang burung walet ke China sebanyak 10 ton. Hal ini merupakan langkah awal untuk meningkatkan ekspor komoditas sarang burung walet ke pasar China,” ungkap Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kemendag Veri Anggriono Sutiarto.

Menurut Veri, produk sarang burung walet menjadi primadona di pasar China. Komoditas ini dianggap memiliki khasiat tertentu yang menjadi kepercayaan masyarakat China. Hal ini menjadi salah satu peluang meningkatkan ekspor sarang burung walet Indonesia ke pasar China.

Untuk masuk ke pasar China, produk sarang burung walet Indonesia harus melalui protokol persyaratan kebersihan, karantina, dan pemeriksaan untuk importasi oleh otoritas China.

Selain itu, diperlukan sertifikasi Certification and Accreditation Administration of the People's Republic of China (CNCA).

PT Tong Heng Invesment Indonesia adalah salah satu perusahaan investasi asing di Indonesia yang telah mendapatkan sertifikasi tersebut.

“Kemendag mengapresiasi PT Tong Heng Invesment Indonesia yang turut berkontribusi dalam meningkatkan devisa ekspor nasional Indonesia. Diharapkan, hal ini dapat diikuti perusahaan Indonesia lainnya,” ujar Veri.

Veri menambahkan, pemerintah melalui perwakilannya di luar negeri terus mengupayakan peningkatan akses pasar internasional dengan melakukan lobi, pameran, dan misi dagang di negara tujuan ekspor.

Hal ini untuk menyukseskan program hilirisasi nasional dan meningkatkan ekspor produk bernilai tambah.

China merupakan negara tujuan utama ekspor sarang burung walet asal Indonesia.

Hingga April 2019, ekspor komoditas ini ke China tercatat sebesar 40,18 juta dolar AS dengan volume 21,32 ton, atau naik 6,56 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 20 ton.

Selama lima tahun terakhir (2014—2018), ekspor komoditas ini menunjukan tren positif, yaitu 30,62 persen.

Diketahui, industri sarang burung walet  Indonesia awalnya adalah bisnis rumahan yang saat itu belum terlalu memerhatikan higienis dan belum bisa diekspor langsung ke China, tapi masih melalui negara ketiga.

Dengan semakin tingginya permintaan sarang burung walet ke China, maka Kementerian Perdagangan menganggap perlu adanya aturan yang jelas, khususnya dari sisi kualitas.

Bukan hanya Kementerian Perdagangan, tapi Badan Karantina juga dilibatkan ikut mendorong kesehatan dan kebersihan produk itu siap ekspor.

Saat ini sarang burung yang diekspor ke China ada label khusus menandakan memenuhi syarat kesehatan.

Untuk menjaga kualitas tetap terjaga dan nama baik sarang burung Indonesia, maka perusahaan perorangan dilarang ekspor karena tidak miliki nomor registrasi serta dikhawatirkan belum bisa memenuhi syarat kebersihan.

Mengingat harga sarang burung mahal, maka tidak sedikit yang berupaya menyelundupkan melalui negara ketiga ke China yang jelas merugikan pendapatan devisa Indonesia.
 

Pewarta : Sella Panduarsa Gareta
Uploader : Sukardi
Copyright © ANTARA 2024