Palu (antarasulteng.com) - Sulawesi Tengah akan fokus mengembangkan tujuh komoditas industrialisasi perikanan selama 2012-2025 dengan sasaran pokok meningkatkan kesejahteraan nelayan, memperkuat ketahanan pangan, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah.
Ketujuh komoditas tersebut, kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo di Palu, Jumat, adalah rumput laut, pelagis besar, pelagis kecil, udang, ikan kaang, sidat (belut) dan ikan air tawar lainnya.
Ketika berbicara pada Temu Bisnis Komoditas Industrialisasi Perikanan di Hotel Santika, Palu, Hasanuddin Atjo mengemukakan bahwa penetapan komoditas tersebut telah melalui kajian yang mendalam dikaitkan dengan potensi dan prospek serta posisi strategis daerah baik dari aspek produksi, distribusi dan pengembangan industrinya.
Di bidang pengembangan rumput laut, Sulteng pada 2012 telah sukses menjadi daerah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia mengalahkan NTB dan Sulawesi Selatan dengan volume produksi sekitar 900.000 ton basah.
Di bidang perikanan tangkap, potensi penangkapan ikan pelagis besar di empat wilayah pengelolaan perikanan (WPP) di perairan yang mengitari Sulawesi Tengah mencapai 474.000 ton pertahun dan pelagis kecil 1,3 juta ton pertahun dan ikan kaang 85.000 ton.
Untuk menngkatkan hasil tangkapan, katanya, pemerinah daerah dan Kementerian Kelautan dan Perikanan mengupayakan penambahan bantuan kapal penangkap ikan dan perlengkapannya.
"Pada 2013 kami akan mendistribusikan lagi 15 kapal penangkap ikan bertonase 30 GRT kepada para nelayan, setelah dua tahun berturut-turut disalurkan 12 kapal sejenis," ujarnya.
Ia mengatakan pemerintah provinsi dan kabupaten juga membangun kapal-kapal penangkap dengan tonase yang lebih kecil.
Ia mengakui bahwa salah satu kendala dalam meningkatkan produksi nelayan adalah keterbatasan armada kapal dan alat tangkap serta sarana pendukung seperti es balok dan bahan bakar.
Dinas KP Sulteng mencatat bahwa saat ini tercatat sekitar 42.900 armada penangkapan ikan namun kapal yang bertonase di atas 5 GT hanya sekitar 1.350 buah.
Karena itu, hasil tangkapan masih jauh dari potensi yang dimiliki yakni baru 4.400 ton pada 2012 untuk pelagis besar dan pelagis kecil, padahal potensi yang dimiliki untuk kedua jenis ikan ini mencapai hampir 1,8 juta ton/tahun.
Dalam strategis pengembangan industrialisasi perikanan, kata Hasanuddin Atjo, pihaknya juga sudah mengkaji dan menetapkan dua blok pengembangan industri perikanan yakni blok barat yang berpusat di Palu dan Donggala serta blok timur berpusat di Luwuk, kabupaten Banggai.
"Jadi kalau ada investor yang mau menanam modal di bidang indutri perikanan, hanya dua blok itu yang layak. Ini juga penting bagi kalangan perbankan untuk mengambil kebijakan dalam penyaluran kredit untuk membiayai bisnis industri perikanan," ujarnya. (R007)
Ketujuh komoditas tersebut, kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo di Palu, Jumat, adalah rumput laut, pelagis besar, pelagis kecil, udang, ikan kaang, sidat (belut) dan ikan air tawar lainnya.
Ketika berbicara pada Temu Bisnis Komoditas Industrialisasi Perikanan di Hotel Santika, Palu, Hasanuddin Atjo mengemukakan bahwa penetapan komoditas tersebut telah melalui kajian yang mendalam dikaitkan dengan potensi dan prospek serta posisi strategis daerah baik dari aspek produksi, distribusi dan pengembangan industrinya.
Di bidang pengembangan rumput laut, Sulteng pada 2012 telah sukses menjadi daerah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia mengalahkan NTB dan Sulawesi Selatan dengan volume produksi sekitar 900.000 ton basah.
Di bidang perikanan tangkap, potensi penangkapan ikan pelagis besar di empat wilayah pengelolaan perikanan (WPP) di perairan yang mengitari Sulawesi Tengah mencapai 474.000 ton pertahun dan pelagis kecil 1,3 juta ton pertahun dan ikan kaang 85.000 ton.
Untuk menngkatkan hasil tangkapan, katanya, pemerinah daerah dan Kementerian Kelautan dan Perikanan mengupayakan penambahan bantuan kapal penangkap ikan dan perlengkapannya.
"Pada 2013 kami akan mendistribusikan lagi 15 kapal penangkap ikan bertonase 30 GRT kepada para nelayan, setelah dua tahun berturut-turut disalurkan 12 kapal sejenis," ujarnya.
Ia mengatakan pemerintah provinsi dan kabupaten juga membangun kapal-kapal penangkap dengan tonase yang lebih kecil.
Ia mengakui bahwa salah satu kendala dalam meningkatkan produksi nelayan adalah keterbatasan armada kapal dan alat tangkap serta sarana pendukung seperti es balok dan bahan bakar.
Dinas KP Sulteng mencatat bahwa saat ini tercatat sekitar 42.900 armada penangkapan ikan namun kapal yang bertonase di atas 5 GT hanya sekitar 1.350 buah.
Karena itu, hasil tangkapan masih jauh dari potensi yang dimiliki yakni baru 4.400 ton pada 2012 untuk pelagis besar dan pelagis kecil, padahal potensi yang dimiliki untuk kedua jenis ikan ini mencapai hampir 1,8 juta ton/tahun.
Dalam strategis pengembangan industrialisasi perikanan, kata Hasanuddin Atjo, pihaknya juga sudah mengkaji dan menetapkan dua blok pengembangan industri perikanan yakni blok barat yang berpusat di Palu dan Donggala serta blok timur berpusat di Luwuk, kabupaten Banggai.
"Jadi kalau ada investor yang mau menanam modal di bidang indutri perikanan, hanya dua blok itu yang layak. Ini juga penting bagi kalangan perbankan untuk mengambil kebijakan dalam penyaluran kredit untuk membiayai bisnis industri perikanan," ujarnya. (R007)