Palu (ANTARA) - Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah Longki Djanggola mengatakan masalah gizi kronis pada balita ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya atau stunting yang dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan anak.
"Bisa dibayangkan bagaimana kondisi sumber daya manusia di masa mendatang, jika saat ini banyak anak yang menderita stunting," kata Gubernur Longki saat membuka rapat koordinasi tim percepatan penanggulangan stunting se Sulteng di Palu, Selasa.
Menurut gubernur, anak penderita stunting akan lebih rentan terhadap penyakit hingga ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit penyakit seperti jantung hingga darah tinggi.
"Bisa dipastikan bangsa ini tidak akan mampu bersaing dengan bangsa lain dalam menghadapi tantangan global," ujar gubernur.
Baca juga: Cegah pernikahan dini di Sulteng untuk mengatasi stunting
Baca juga: Turunkan stunting, Gubernur minta OPD sediakan ruangan khusus menyusui
Prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang di Sulteng tahun 2018 tercatat sebesar 19,7 persen, angka itu menurun dari hasil Riskesdas 2013 sebesar 24 persen.
Prevalensi balita pendek dan sangat pendek pun juga ikut menurun dari 41 persen menjadi 32,3 persen, tetapi prevalensi balita kurus dan sangat kurus justru yang mengalami peningkatan dari 9,4 persenmenjadi 12,8 persen.
"Saya mengajak OPD beserta mitra kerja, agar berperan serta menyukseskan program terobosan dalam rangka penanggulangan dan percepatan penurunan stunting di Sulawesi Tengah," harap Gubernur Longki. /*
"Bisa dibayangkan bagaimana kondisi sumber daya manusia di masa mendatang, jika saat ini banyak anak yang menderita stunting," kata Gubernur Longki saat membuka rapat koordinasi tim percepatan penanggulangan stunting se Sulteng di Palu, Selasa.
Menurut gubernur, anak penderita stunting akan lebih rentan terhadap penyakit hingga ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit penyakit seperti jantung hingga darah tinggi.
"Bisa dipastikan bangsa ini tidak akan mampu bersaing dengan bangsa lain dalam menghadapi tantangan global," ujar gubernur.
Baca juga: Cegah pernikahan dini di Sulteng untuk mengatasi stunting
Baca juga: Turunkan stunting, Gubernur minta OPD sediakan ruangan khusus menyusui
Prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang di Sulteng tahun 2018 tercatat sebesar 19,7 persen, angka itu menurun dari hasil Riskesdas 2013 sebesar 24 persen.
Prevalensi balita pendek dan sangat pendek pun juga ikut menurun dari 41 persen menjadi 32,3 persen, tetapi prevalensi balita kurus dan sangat kurus justru yang mengalami peningkatan dari 9,4 persenmenjadi 12,8 persen.
"Saya mengajak OPD beserta mitra kerja, agar berperan serta menyukseskan program terobosan dalam rangka penanggulangan dan percepatan penurunan stunting di Sulawesi Tengah," harap Gubernur Longki. /*