Surabaya - Konsumen susu formula untuk anak-anak sampai saat ini dinilai masih sangat minim karena menganggap susu formula hanya dikonsumsi oleh anak kalangan tingkat ekonomi menengah ke atas.

Hal ini diakui Category Marketing Manager Nestle Dancow Growing Up Milk, Pritha. Menurut dia, kondisi ini pulalah yang menjadi salah satu faktor tidak berkurangnya angka gizi buruk, khususnya pada keluarga tidak mampu.

"Susu formula masih dikategorikan untuk anak yang keluarganya mampu. Padahal susu sangat penting untuk pertumbuhan dan kondisi anak, khususnya bayi di bawah tiga atau lima tahun," ujarnya.

Dari data yang dimilikinya, konsumsi tertinggi susu formula untuk anak umur satu hingga 12 tahun adalah kalangan menengah atas karena mampu membeli susu secara berkala dan teratur.

Sedangkan masyarakat ekonomi menengah ke bawah cenderung mengabaikan kebutuhan akan susu tambahan saat usia anak-anak di atas tiga tahun.

Kondisi seperti itu juga diakui Prof Dr Ali Khomsan MS, Guru besar Ilmu Pangan dan Gizi, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya keluarga, Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia mengakui prihatin karena masih banyaknya anak di Indonesia yang tak bisa meminum susu.

"Padahal susu memiliki banyak kandungan gizi yang kompleks sehingga tak hanya baik untuk kecerdasan otak tetapi juga pertumbuhan tubuh anak," tukasnya.

Ia bahkan menilai bahwa anggapan jika susu itu merupakan konsumsi orang asing masih melekat dalam masyarakat. Sehingga masyarakat dari golongan ekonomi menengah hingga ke bawah masih menyebut minum susu bukan untuk konsumsi orang Indonesia.

Berdasarkan catatannya, rata-rata anak Indonesia hanya mengkonsumsi dua sendok makan susu setiap harinya. Di samping karena rendahnya wawasan para ibu rumah tangga tentang gizi yang baik, faktor ini diperburuk dari minimnya daya beli masyarakat terhadap susu formula maupun susu segar.   (165)

Pewarta :
Editor : Riski Maruto
Copyright © ANTARA 2024