Susie Wolff gugat FIA terkait tuduhan konflik kepentingan

id Formula satu, mercedes, wolff, toto Wolff

Susie Wolff gugat FIA terkait tuduhan konflik kepentingan

Pimpinan tim Mercedes AMG Toto Wolff (kanan) dan istrinya Susie Wolff. (AFP/ANDREJ ISAKOVIC)

Jakarta (ANTARA) - Direktur akademi pembalap wanita Formula 1 Susie Wolff menggugat Fédération Internationale de l'Automobile (FIA) yang menuduhnya terlibat konflik kepentingan dengan suaminya, kepala tim Mercedes Formula 1 Toto Wolff.

FIA menyelidiki Susie dan Toto Wolff atas tuduhan saling bertukar informasi terkait Formula 1 yang dianggap telah menguntungkan kedua pihak.

Penyelidikan pada Desember tahun lalu itu dilakukan untuk menindaklanjuti sebuah laporan majalah yang menyebutkan pimpinan tim balap lainnya khawatir jika Mercedes mendapatkan informasi berharga melalui Susie dan Toto Wolff.

FIA telah menghentikan investigasi itu. Pihak Formula 1 maupun Mercedes juga menolak tegas tuduhan tersebut dan menyatakan "frustrasi" dengan cara FIA dalam menangani masalah itu.

Kesembilan tim F1 lainnya kemudian mengeluarkan pernyataan serupa yang mengklarifikasi bahwa mereka tidak mengajukan keluhan kepada FIA tentang hubungan keluarga Wolff.

Mereka menyatakan "senang dan bangga mendukung Akademi F1 dan direktur pelaksananya".

Dalam unggahan di media sosialnya saat itu, Susie Wolff menyebut tuduhan tersebut sebagai "intimidasi dan misoginis".

Mantan pembalap wanita tim Williams yang memulai karirnya dari gokart itu akhirnya pada Rabu (20/3) mengumumkan telah mendaftarkan gugatan hukum kepada FIA di pengadilan Prancis.

“Saya dapat mengonfirmasi bahwa saya secara pribadi mengajukan tuntutan pidana ke pengadilan Prancis pada tanggal 4 Maret sehubungan dengan pernyataan yang dibuat FIA tentang saya pada bulan Desember lalu,” kata Susie Wolff dilansir AFP, Kamis.

“Masih belum ada transparansi atau akuntabilitas terkait tindakan FIA dan personelnya dalam masalah ini," kata dia.

"Saya merasa semakin penting untuk tetap berdiri, menyerukan perilaku yang tidak pantas dan memastikan orang-orang itu dimintai pertanggungjawaban. Meskipun beberapa orang mungkin berpikir diam berarti membebaskan mereka dari tanggung jawab, namun kenyataannya tidak demikian," demikian kata Susie.