Pengamat sarankan Partai Demokrat jangan terjebak politik dinasti
Dalam suatu organisasi yang demokratis, 'pengultusan' itu tidak baik, sentralistik, ada tokoh sentral. Biarkan natural berjalan secara demokratis
Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Dr Emrus Sihombing menyarankan Partai Demokrat tidak terjebak dalam politik dinasti dengan memilih ketua umum dalam lingkaran Susilo Bambang Yudhoyono.
"Dalam suatu organisasi yang demokratis, 'pengultusan' itu tidak baik, sentralistik, ada tokoh sentral. Biarkan natural berjalan secara demokratis," katanya, saat dihubungi Antara, di Jakarta, Kamis.
Partai Demokrat akan menggelar Kongres V yang berlangsung di Jakarta, 14-16 Maret, dengan salah satu agendanya adalah pemilihan ketua umum periode mendatang.
Emrus mengakui saat ini santer kabar bahwa dua putra SBY, yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) atau Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang akan menggantikan SBY.
Namun, Direktur Eksekutif Emrus Corner itu menilai AHY masih belum cukup siap dalam perpolitikan dan termasuk baru di parpol berlambang bintang mercy tersebut.
"Kemarin kan sempat maju juga di Pilgub DKI. Saya melihat Mas AHY ini belum begitu mengakar, baik di partai maupun di masyarakat. Perlu lebih dikuatkan," katanya.
Kalau Ibas, Emrus mengatakan secara pengalaman di parpol memang lebih dibandingkan kakaknya tersebut, tetapi harus dipastikan memiliki "leadership and managerial skill" yang mumpuni.
Yang terpenting, kata dia, keterpilihan ketua umum pada kongres Partai Demokrat mendatang benar-benar aspirasi dari kader atau hasil representasi demokrasi substansial.
"Jika memang secara natural, salah satu putra Pak SBY dipilih secara demokratis dari pemegang hak suara mutlak, ya, tidak masalah," katanya.
Akan tetapi, Emrus cenderung menyarankan untuk menonjolkan tokoh-tokoh baru di luar dinasti SBY untuk memimpin partai, sebagaimana Anas Urbaningrum pernah memimpin Partai Demokrat.
Menurut dia, peran figur baru sangat sentral untuk mendongkrak elektabilitas, sekaligus menunjukkan bahwa Partai Demokrat adalah partai modern yang tidak terjebak politik dinasti.
"Figur baru ini bisa dari internal, pasti ada lah. Pilih yang kader militan, idealis, dan berintegritas. Bisa juga Demokrat jaring tokoh luar untuk bergabung, seperti Gatot Nurmantyo," kata Emrus.
"Dalam suatu organisasi yang demokratis, 'pengultusan' itu tidak baik, sentralistik, ada tokoh sentral. Biarkan natural berjalan secara demokratis," katanya, saat dihubungi Antara, di Jakarta, Kamis.
Partai Demokrat akan menggelar Kongres V yang berlangsung di Jakarta, 14-16 Maret, dengan salah satu agendanya adalah pemilihan ketua umum periode mendatang.
Emrus mengakui saat ini santer kabar bahwa dua putra SBY, yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) atau Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang akan menggantikan SBY.
Namun, Direktur Eksekutif Emrus Corner itu menilai AHY masih belum cukup siap dalam perpolitikan dan termasuk baru di parpol berlambang bintang mercy tersebut.
"Kemarin kan sempat maju juga di Pilgub DKI. Saya melihat Mas AHY ini belum begitu mengakar, baik di partai maupun di masyarakat. Perlu lebih dikuatkan," katanya.
Kalau Ibas, Emrus mengatakan secara pengalaman di parpol memang lebih dibandingkan kakaknya tersebut, tetapi harus dipastikan memiliki "leadership and managerial skill" yang mumpuni.
Yang terpenting, kata dia, keterpilihan ketua umum pada kongres Partai Demokrat mendatang benar-benar aspirasi dari kader atau hasil representasi demokrasi substansial.
"Jika memang secara natural, salah satu putra Pak SBY dipilih secara demokratis dari pemegang hak suara mutlak, ya, tidak masalah," katanya.
Akan tetapi, Emrus cenderung menyarankan untuk menonjolkan tokoh-tokoh baru di luar dinasti SBY untuk memimpin partai, sebagaimana Anas Urbaningrum pernah memimpin Partai Demokrat.
Menurut dia, peran figur baru sangat sentral untuk mendongkrak elektabilitas, sekaligus menunjukkan bahwa Partai Demokrat adalah partai modern yang tidak terjebak politik dinasti.
"Figur baru ini bisa dari internal, pasti ada lah. Pilih yang kader militan, idealis, dan berintegritas. Bisa juga Demokrat jaring tokoh luar untuk bergabung, seperti Gatot Nurmantyo," kata Emrus.