Kota Palu (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Palu memastikan tujuh alat sensor pendeteksi gempa bumi yang dipasang di sejumlah daerah di Sulawesi Tengah akan beroperasi pada 2022.
Saat ini BMKG baru menyelesaikan tahap pembangunan gedung untuk pemasangan alat dan diperkirakan pada akhir Desember 2021 sudah bisa dipasang.
“Kalau alat sudah dipasang, tahun 2022 alat tersebut juga sudah bisa beroperasi dengan baik,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Palu, Hendrik Leopatty, di Palu, Senin.
Hendrik mengatakan alat sensor pendeteksi gempa dipasang di empat kabupaten yang rawan gempa bumi. Masing-masing dua di Kabupaten Poso, dua di Parigi Moutong, dua di Banggai, dan satu di Tojo Una-una.
Alat tersebut memiliki kecepatan analisis yang bisa ditingkatkan sehingga bisa mendeteksi gempa bumi dengan hasil yang lebih cepat dan akurat.
Pemasangan alat di sejumlah daerah di Sulawesi Tengah ini juga bisa membantu masyarakat yang ingin melakukan penelitian tentang kegempaan.
“Meneliti soal aktif atau tidaknya sesar itu dan polanya ada perubahan atau tidak. Dalam beberapa tahun kemungkinan bisa terjadi perubahan polanya. Kami berharap gempa-gempa yang terjadi di daerah sekitar yang terpasang alat tersebut bisa terdeteksi,” katanya.
BMKG Stasiun Geofisika Palu akan mengajukan penambahan tiga alat sensor pendeteksi gempa untuk dipasang lagi di Kabupaten Tojo Una-una, Banggai Laut, dan Morowali. Tiga tambahan alat tersebut diharapkan dapat merekam gempa di Teluk Tomini dan sesar yang aktif pada tahun 2019 yakni Sesar Pelang.
“Rencana kami minta tambah satu lagi untuk Kabupaten Poso ujung atau Pendolo. Kami sudah dikasih lampu hijau untuk tiga alat tambahan tahun depan dan kami akan perjuangkan satu alat lagi,” terangnya.
Diakuinya Sulawesi Tengah termasuk daerah yang paling banyak dipasang alat sensor pendeteksi gempa, karena sesar aktif dominan berada bagian tengah dengan jumlah 48 patahan dan satu subduksi.
Jika ditotal sejak tahun 2018 hingga 2021, tercatat ada 30 alat sensor pendeteksi gempa yang dipasang di Sulawesi Tengah.
“Dipasang sebelum gempa, ada sembilan tetapi satu hilang dan satu rusak. Memang dibutuhkan karena puluhan patahan ada di Sulawesi Tengah,” kata Hendrik.