Olahraga dan perubahan Iklim

id Ecosport,Perubahan Iklim,MotoGP

Olahraga  dan perubahan Iklim

Pebalap Italia Valentino Rossi dan para pebalap lainnya dalam lomba Gran Premio Red Bull de EspaƱa di Ricardo Tormo Circuit pada 14 November di Valencia, Spanyo, 18 November 2021. ANTARA/REUTERS/Jose Breton

Jakarta (ANTARA) - KTT Iklim COP26 yang diadakan di Galsgow, Skotlandia, sudah berakhir 12 November lalu setelah dua ratus negara bertemu secara maraton selama setengah bulan sejak 31 Oktober.

Ke-200 negara, termasuk Indonesia, diminta oleh pertemuan bersponsor Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) itu agar merencanakan strategi mengurangi emisi sampai 2030.

Mereka semua mengadopsi Perjanjian Paris pada 2015 mengenai ajakan membuat perubahan guna memastikan pemanasan global berada "jauh di bawah" ambang 2 derajat Celcius atau 2C di atas tingkat emisi era pra industri dan sekaligus membidik angka 1,5 derajat Celcius sehingga umat manusia terhindar dari bencana iklim.

Resolusi besar KTT Iklim ini bakal mempengaruhi semua bidang kehidupan, termasuk olahraga. Namun, olahraga sendiri menjadi bagian dari sedikit sektor kehidupan yang kerap mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan yang sedikit banyak berperan dalam memerangi pemanasan global dan perubahan iklim.

Olahraga belakangan ini menjadi kontributor untuk lingkungan yang lestari di mana perusahaan-perusahaan industri olahraga yang terlibat dalam banyak aktivitas dan kompetisi, memberikan sumbangsih positif yang besar untuk upaya dunia dalam menekan pemanasan global.

Industri olahraga sendiri unik dan berdaya untung tinggi karena menarik konsumen dalam jumlah amat besar. Namun mereka juga menjadi salah satu pihak yang cepat mengadopsi kecenderungan-kecenderungan baru, termasuk tren industri pro lingkungan yang mendorong praktik-praktik ramah lingkungan.

Bagi brand-brand olahraga, dengan mendukung keberlanjutan dan pelestarian lingkungan membuat mereka mesti lebih banyak lagi menggunakan bahan baku alami tanpa melupakan kebutuhan menawarkan produk berkualitas tinggi di pasar.

Pendekatan mereka yang kemudian dicontohkan para atlet baik di dalam maupun di luar lapangan itu membuat kian banyak saja konsumen yang mengikuti tren produk mereka yang ramah lingkungan, termasuk produk daur ulang yang menumbuhkan dan menguatkan kesadaran lingkungan yang bisa membantu menyelamatkan Bumi.

Dengan konsep recycling (mendaur ulang) dan reusing (menggunakan kembali) ketika menggunakan bahan baku alami untuk produk olahraga, maka perusahaan-perusahaan olahraga turut aktif mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan. Konsekuensinya ini berdampak kepada makin luasnya praktik olahraga hijau atau green sport di seluruh dunia.

Selama ini cabang-cabang olahraga seperti lari, renang, panjat tebing, selancar, dan bersepeda yang tidak banyak menggunakan peralatan dan menggunakan bahan alami yang lebih sedikit dari produk-produk olahraga lainnya, berperan besar bagi tumbuhnya gaya hidup hijau yang berdampak besar terhadap kepedulian kepada lingkungan.

Sementara sejumlah cabang olahraga lainnya yang menggunakan peralatan lebih banyak menjadi terdorong mengikuti kecenderungan green-sport, tanpa mengurangi daya tarik kompetisi yang ditawarkan cabang-cabang ini.

Salah satu yang terdorong adalah olahraga bermotor atau motorsport yang belakangan menjadi salah satu cabang yang berusaha menunjukkan sudah seberapa besar olahraga berperan bagi lingkungan.



Selanjutnya: 100 persen non fosil
 
100 persen non fosil

Balap motor dan mobil sama-sama menghasilkan tiga polusi, yakni gas buang, panas, dan suara, dan ketiga hal ini berdampak besar terhadap lingkungan.

Tidak saja karena produk yang menjadi wahana kompetisi, aspek-aspek di luar lomba juga bisa turut mempengaruhi kualitas lingkungan, mulai dari bahan alami yang digunakan dalam memproduksi kostum pebalap, emisi bahan bakar fosil yang dihasilkan ketika penonton datang dan meninggalkan arena lomba, sampai metode dalam mana perusahaan-perusahaan itu menghasilkan produk-produk untuk lomba.

Dulu dunia motorsport mungkin tidak terlalu mempedulikan semua itu. Namun kini, karena motosport tak terpisahkan dari industri yang menyertainya yang dipaksa pro lingkungan baik oleh pasar maupun oleh ketentuan dari otoritas nasional, maka kesadaran menghindarkan degradasi lingkungan demi menekan perubahan iklim membuat kompetisi balap menjadi menerapkan sejumlah langkah berkelanjutan demi menciptakan atmosfer kompetisi yang ramah lingkungan.

Ini salah satunya tengah dilakukan MotoGP yang mulai tahun depan memasukkan Indonesia dalam kalender lomba tahunannya. Kompetisi otomotif ini sendiri adalah platform global yang memiliki kekuatan menjadi pemimpin untuk evolusi dalam industri sepeda motor dan mobilitas sosial.

Mengutip laman MotoGP, mengingat posisinya yang unik sebagai salah satu olahraga terpopuler di dunia dan bersentuhan dengan teknologi maju, MotoGP menjadi laboratorium balap yang akrab dengan inovasi dan pengembangan.

MotoGP juga sudah menjadi referensi penting bagi pasar otomotif di seluruh dunia ketika roda dua menjadi andalan untuk dua miliar lebih manusia di seantero jagat.

Bersepeda motor memang sudah menjadi kebutuhan mutlak, terutama bagi masyarakat yang menginginkan mobilitas tinggi namun menghadapi kendala-kendala mobilitas seperti kemacetan dan dan ketersediaan angkutan umum yang layak.

Tak heran pula jika penjualan sepeda motor di seluruh dunia terus membesar di mana 60 juta unit sepeda motor terjual setiap tahun di seluruh dunia.

Dengan skala sebesar itu, transportasi roda dua menjadi memiliki peran penting dalam memajukan pola mobilitas yang lebih aman dan lebih ramah lingkungan, selain memiliki kekuatan dalam memberikan sumbangsih besar pada upaya global mengurangi emisi karbon dan memerangi perubahan iklim.

Kesadaran seperti ini tengah tumbuh luas di arena-arena olahraga seperti ditunjukkan oleh MotoGP yang bersama pabrikan-pabrikan bertekad untuk secara bertahap meninggalkan bahan bakar fosil; minimal 40 persen bahan bakar non fosil mulai 2024, dan 100 persen non fosil mulai 2027.

Itu artinya, enam tahun dari sekarang Sirkuit Mandalika di Nusa Tenggara Barat akan melombakan sepeda-sepeda motor yang tak lagi berbahan bakar minyak bumi. Proposal ini bahkan diperkuat oleh upaya membesarkan skala balap mobil listrik Formula E.

Semua itu adalah sebagian dari contoh bagaimana olahraga aktif menciptakan dan menguatkan gaya hidup ramah lingkungan sehingga membantu cita-cita umat manusia menciptakan lingkungan rendah emisi seperti dikonsensuskan dalam KTT Iklim COP26 di Glasgow lalu.