Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Sulawesi Tengah mendorong petani agar memanfaatkan lahan tidur untuk menanam komoditi kedelai.
Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPH Sulteng, Retno Erningtyas di Palu, Kamis, menyampaikan dorongan itu untuk menggenjot produksi domestik yang akan memenuhi permintaan pasar dan suplai ke kawasan Ibu Kota Negara (IKN).
Meskipun begitu pihak DTPH Sulteng akan tetap melakukan melakukan monitor jika luar wilayah luar Sulteng memiliki stok maka akan diajukan permintaan.
Selain membagikan benih, upaya lain yang sedang dijalankan Pemerintah Sulteng melalui DTPH adalah skema tumpang sisip tanaman komoditas antara jagung dan kedelai demi memaksimalkan lahan yang telah tergarap.
Retno mengatakan keuntungan yang dirasakan petani dari konsep itu adalah mendapat nilai ekonomi lebih dibanding hanya menanam satu komoditas.
"Contohnya itu menanam jagung dan kedelai dalam satu areal yang sama sekitar 1.000 hektare di Poso dan Morowali Utara, karena memang pada dasarnya tanaman kedelai memberikan unsur hara lain terhadap tanaman yang ditumpang sisip itu," katanya.
Dia menambahkan pada Desember mendatang, pihaknya melangsungkan panen raya di lahan para petani yang merupakan objek dari pembagian bibit pada wilayah Toili dengan proyeksi mencapai 1.000 ton.
"Kami sudah sampaikan agar dipisahkan hasil panen yang akan dijual dan yang akan jadi benih serta yang menjadi konsumsi, sebab 2023 Sulteng akan butuh benih yang cukup besar," tambahnya.
Adapun harga kedelai saat ini untuk konsumsi berkisar Rp11.000 per kilogram ditingkat petani, sedangkan harga pasar mencapai Rp15.000 per kilogram, serta benih menyentuh harga Rp20.000 per kilogram.