Jakarta (ANTARA) - Pakar hidrologi dan sumber daya air Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Yanto, Ph.D. menekankan mengenai pentingnya penataan ruang berbasis mitigasi bencana sebagai salah satu upaya pengurangan risiko bencana banjir.
"Salah satu upaya mitigasi banjir yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana," kata Yanto dihubungi dari Jakarta, Selasa.
Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Unsoed itu menjelaskan mitigasi bencana banjir sangat diperlukan menyusul peningkatan intensitas curah hujan beberapa waktu belakangan.
Baca juga: BMKG mutakhirkan gempa di Sulteng menjadi M 5,5
"Hal yang harus diwaspadai adalah meningkatnya hujan ekstrem, baik dari intensitas hujannya maupun frekuensi kejadiannya. Dampak yang langsung bisa ditimbulkan adalah bencana banjir bandang," katanya.
Selain penataan ruang berbasis mitigasi bencana, beberapa upaya mitigasi banjir lainnya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah pemulihan lahan kritis serta pembangunan infrastruktur air, seperti waduk, bendungan, bendung, situ, embung, dan lain sebagainya.
"Selain itu, pengelolaan infrastruktur air yang berbasis perubahan iklim serta perbaikan jaringan drainase," katanya.
Yanto menambahkan bahwa pemerintah juga perlu melakukan upaya pengurangan risiko bencana, antara lain melalui pengembangan sistem peringatan dini banjir hingga peningkatan kualitas sistem informasi cuaca dan bencana.
"Kemudian, pemberdayaan masyarakat agar lebih siaga bencana, baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta pengembangan infrastruktur evakuasi bencana," katanya.
Sementara itu, Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengingatkan seluruh pemangku kepentingan, khususnya pemerintah daerah untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana hidrometeorologi.
Baca juga: SAR Palu imbau warga agar tenang pascagempa Magnitudo 5,8
Asisten Deputi Mitigasi Bencana dan Konflik Sosial Kemenko PMK, Andre Notohamijoyo mengatakan meskipun saat ini sudah berada pada penghujung musim hujan, tetap harus waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
Andre Notohamijoyo menjelaskan bencana banjir yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia pada Februari 2023 merupakan peringatan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk tetap meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana yang terjadi.
Dia mengatakan bahwa pemerintah daerah yang memiliki risiko tinggi atau rentan terhadap terjadinya bencana hidrometeorologi harus melakukan langkah-langkah mitigasi serta meningkatkan kesiapsiagaan berdasarkan risiko bencananya.
Berita Terkait
Bencana ekologis jadi ancaman karena rutin dan serentak
Minggu, 5 Mei 2024 7:22 Wib
BNPB targetkan dalam 3 hari semua korban Gunung Ruang dievakuasi
Kamis, 2 Mei 2024 14:05 Wib
Dampak erupsi Gunung Ruang di Palu
Rabu, 1 Mei 2024 19:52 Wib
Penyerahan sertifikat Huntap Petobo
Minggu, 28 April 2024 21:40 Wib
BMKG sebut sisinfo hidrometeorologi Indonesia layak dicontoh WWF
Rabu, 24 April 2024 9:03 Wib
Pemkab Sigi tetapkan tanggap bencana 14 hari di Desa Balongga dan Sambo
Kamis, 18 April 2024 22:36 Wib
Penanganan pascabanjir bandang di dua desa di Sigi
Kamis, 18 April 2024 17:44 Wib
Indonesia serukan strategi mitigasi bencana laut dalam forum PBB
Rabu, 17 April 2024 6:30 Wib