Longki: Batik Bomba Luntur Saya Tolak

id MUKI

Longki: Batik Bomba Luntur Saya Tolak

Gubenrur Sulteng Drs H Longki Djanggola, MSi (kiri) saat berdialog dengan Pengurus Daerah MUKI Sulteng dipimpin Ketua MUKI Sulteng Arthema Lagaronda (kedua kiri) di ruang kerja gubernur, Jumat (15/7) (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Gubernur: kalau saya dikasi pakaian berbahan batik bomba, saya akan tanya dulu, luntur atau tidak, kalau luntur, saya tolak."
Palu (antarasulteng.com) - Gubernur Sulawesi Tengah Drs H Longki Djanggola berbicara banyak mengenai batik bomba, sebuah produk bahan pakaian (kain tenun) khas dari Lembah Palu, Sulawesi Tengah, yang kualitasnya kini semakin tinggi sehingga makin diandalkan sebagai produk industri kecil untuk masuk pasar nasional bahkan internasional.
 
"Sekarang batik bomba sudah tidak luntur lagi karena produksinya sudah menggunakan teknologi modern. Kalau bapak ibu mau punya batik bomba yang tidak luntur, silahkan ke Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Sulteng," katanya saat menerima Pengurus Daerah Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) Sulawesi Tengah yang dipimpin ketuanya Arthemas Lagaronda di ruang kerja gubernur, Jumat.

Pada pertemuan yang berlangsung hampir satu jam tersebut, gubernur didampingi Asisten I Tata Praja Setdaprov Sulteng Drs H Moh Arief Latjuba, MSi, Staf Ahli Gubernur Drs H Hidayat Lamakarate, MSi dan Kepala Bidang Bimas Kristen Kanwil Kementerian Agama Sulteng Drs Kaleb Toki'i, MSi.

Ketua MUKI Sulteng Arthemas Lagaronda yang didampingi sejumlah pengurus lainnya menjelaskan bahwa audiensi tersebut dimaksudkan untuk melaporkan keberadaan MUKI kepada gubernur serta program-program yang akan dilaksanakan untuk mendukung pebangunan daerah di bawah kepemimpinan Gubernur/Wagub Longki Djanggola dan H. Soedarto.

Menurut Arthemas,
MUKI adalah organisasi kemasyarakatan berbasis agama yang bertujuan untuk membantu pemerintah menciptakan suasana rukun inter dan antarumat beragama dengan memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban antarsesama warga NKRI.

Salah satu program yang direncanakan adalah pemberdayaan perempuan di bidang industri kecil seperti batik bomba dan di bidang kesehatan guna menekan angka kematian ibu dan bayi (Kiba) yang di beberapa desa dan kecamatan masih cukup tinggi.

Saat menyinggung masalah batik bomba, Gubernur Longki Djanggola mengemukakan bahwa Pemprov Sulteng lewat Dekranasda yang dipimpin Ny. Zalzulmida Djanggola telah meningkatkan teknologi produksi batik bomba sehingga kini bisa ditemukan batik bomba yang tidak luntur.

"Saya sendiri menolak menggunakan batik bomba yang luntur. Kalau saya dikasi pakaian batik bomba, saya akan tanya dulu, luntur atau tidak, kalau luntur, saya tolak," ujarnya.

Ini salah satu bentuk konsistensi gubernur untuk mendorong peningkatan kualitas batik bomba, karena produk industri ini semakin diminati di tingkat nasional dan internasional sehingga bisa membawa nama harus daerah.

Namun, kata Longki, diakui bahwa masih ditemukan di pasar adanya batik bomba yang luntur karena teknologi produksi mereka masih tradisional.

"Mereka ini memang perlu dibina agar menghasilkan produk yang berkualitas," ujar gubernur dan menyatakan apresiasi kepada MUKI bila bisa memberikan kontribusi dalam pembinaan perajin batik bomba yang semuanya perempuan.

Terkait keberadaan MUKI di Sulteng, gubernur berjanji akan membantu dan memberdayakan ormas ini untuk bersama-sama membangun daerah, khususnya dari sisi peningkatan kualitas sumber daya manusia.