Medan (ANTARA) - Ketua Forum Kehutanan Daerah (FKD) Sumut Panut Hadisiswoyo mengatakan, pihaknya terus mendorong masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di wilayah koridor habitat orang utan tapanuli untuk hidup harmonis dengan satwa dilindungi itu.
"Kami terus menggaungkan 'living in harmony'. Sudah disepakati bahwa itu koridor orang utan jadi harus hidup berdampingan," ujar Panut di Medan, Rabu.
Panut, yang juga pendiri Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC), menyebut bahwa wilayah hidup orang utan tapanuli (Pongo tapanuliensis) utamanya berada di Tapanuli Selatan, tepatnya di kawasan Batangtoru.
Habitat primata yang spesiesnya baru ditetapkan pada tahun 2017 meluas di sekitar Sungai Batangtoru, Gunung Sibualbuali dan daerah Kecamatan Sipirok yang merupakan koridor orang utan.
"Di wilayah itu, banyak lahan dan ladang milik masyarakat sehingga pasti akan terjadi interaksi," kata Panut.
Interaksi terkini antara warga dan orang utan tapanuli terjadi pada Senin (29/1) di Desa Bulu Mario, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan. Masyarakat pun melaporkan hal itu kepada Seksi Konservasi Wilayah V Sipirok, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara.
Petugas bersama personel YOSL-OIC kemudian mendatangi lokasi dan mengarahkan orang utan tersebut masuk ke cagar alam Sibualbuali.
Menurut Panut, pertemuan antara warga dan orang utan tapanuli lumrah terjadi. Kabar baiknya, Pria yang menamatkan pendidikan master bidang konservasi primata di Universitas Oxford Brookes, Inggris, itu menyebut bahwa tidak pernah ada konflik warga dengan orang utan tapanuli setidak-tidaknya selama tiga tahun terakhir.
Berkat sosialisasi dan edukasi dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat serta elemen FKD, warga tidak lagi menganggap orang utan tapanuli sebagai hama.
"Penting memang untuk masyarakat agar tidak melihat orang utan sebagai hama. Inilah alasan edukasi dan sosialisasi harus terus dilakukan," tutur Panut.
Orang utan tapanuli merupakan salah satu dari tiga spesies orang utan. Dua spesies lainnya yakni orang utan kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orang utan sumatera (Pongo abelii).
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), orang utan tapanuli hanya berjumlah sekitar 760 individu.
Dengan demikian, populasi orang utan tapanuli jauh lebih sedikit daripada jumlah orang utan sumatera (sekitar 14 ribu individu) dan orang utan kalimantan (sekitar 57 ribu individu).