Ekonomi RI tumbuh lebih tinggi daripada rata-rata global
Jakarta (ANTARA) - Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan global.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu terjaga di kisaran 5 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan global yang sebesar 3,4 persen," kata Presiden Joko Widodo dalam pidato penyampaian RUU APBN Tahun Anggaran 2025 dan Nota Keuangan pada Sidang Paripurna DPR RI Tahun Sidang 2024-2025 di Gedung MPR/DPR/DPD Jakarta, Jumat.
Presiden menuturkan sebagai bangsa yang tangguh, Indonesia mampu menghadapi tantangan yang sangat berat selama 10 tahun terakhir, mulai dari pandemi COVID-19, gejolak geopolitik global, perang dagang dan berbagai ancaman krisis, serta perubahan iklim yang menimbulkan banyak bencana.
"Alhamdulillah, walau diterpa banyak tantangan dan ketidakpastian, kondisi politik dan ekonomi kita tetap stabil, bahkan mampu tumbuh secara berkelanjutan," ujarnya.
Jokowi menuturkan penambahan tenaga kerja baru sebanyak 21,3 juta pada periode 2015-2024. Rasio utang Indonesia juga menjadi salah satu yang paling rendah di antara kelompok negara G20 dan ASEAN.
Di sisi lain, nilai ekspor Indonesia naik lebih dari 70 persen, mencapai 259 miliar dolar AS di tahun 2023. Neraca transaksi berjalan secara bertahap terus menguat. Neraca dagang selalu mencatat surplus selama 51 bulan terakhir.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Juni 2024 mencapai 20,84 miliar dolar AS, disokong oleh industri pengolahan atau manufaktur yang menyumbang 16,06 miliar dolar AS terhadap total penjualan negara di periode Juni.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Senin (15/7), mengatakan apabila dirinci berdasarkan golongan penyumbang terbesar di ekspor nonmigas dan industri pengolahan, sektor tersebut antara lain yakni bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani, besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektrik, kendaraan, nikel dan turunannya, mesin, logam mulia, alas kaki, serta produk olahan kimia.
Adapun secara kumulatif pada Januari-Juni 2024, ekspor sektor manufaktur menyentuh angka 91,65 miliar dolar AS dengan persentase peran terhadap penjualan di periode yang sama mencapai 73,27 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu terjaga di kisaran 5 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan global yang sebesar 3,4 persen," kata Presiden Joko Widodo dalam pidato penyampaian RUU APBN Tahun Anggaran 2025 dan Nota Keuangan pada Sidang Paripurna DPR RI Tahun Sidang 2024-2025 di Gedung MPR/DPR/DPD Jakarta, Jumat.
Presiden menuturkan sebagai bangsa yang tangguh, Indonesia mampu menghadapi tantangan yang sangat berat selama 10 tahun terakhir, mulai dari pandemi COVID-19, gejolak geopolitik global, perang dagang dan berbagai ancaman krisis, serta perubahan iklim yang menimbulkan banyak bencana.
"Alhamdulillah, walau diterpa banyak tantangan dan ketidakpastian, kondisi politik dan ekonomi kita tetap stabil, bahkan mampu tumbuh secara berkelanjutan," ujarnya.
Jokowi menuturkan penambahan tenaga kerja baru sebanyak 21,3 juta pada periode 2015-2024. Rasio utang Indonesia juga menjadi salah satu yang paling rendah di antara kelompok negara G20 dan ASEAN.
Di sisi lain, nilai ekspor Indonesia naik lebih dari 70 persen, mencapai 259 miliar dolar AS di tahun 2023. Neraca transaksi berjalan secara bertahap terus menguat. Neraca dagang selalu mencatat surplus selama 51 bulan terakhir.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Juni 2024 mencapai 20,84 miliar dolar AS, disokong oleh industri pengolahan atau manufaktur yang menyumbang 16,06 miliar dolar AS terhadap total penjualan negara di periode Juni.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Senin (15/7), mengatakan apabila dirinci berdasarkan golongan penyumbang terbesar di ekspor nonmigas dan industri pengolahan, sektor tersebut antara lain yakni bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani, besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektrik, kendaraan, nikel dan turunannya, mesin, logam mulia, alas kaki, serta produk olahan kimia.
Adapun secara kumulatif pada Januari-Juni 2024, ekspor sektor manufaktur menyentuh angka 91,65 miliar dolar AS dengan persentase peran terhadap penjualan di periode yang sama mencapai 73,27 persen.