FKUB-Sulteng komitmen tanamkan moderasi beragama pada pelajar

id Moderasi beragama, FKUB Sulteng, Zainal Abidin, toleransi, kerukunan, pelajar, kekerasan

FKUB-Sulteng komitmen tanamkan moderasi beragama pada pelajar

Ketua FKUB Sulawesi Tengah Zainal Abidin (tengah) memberikan pemahaman tentang moderasi beragama dalam kunjungan di salah satu Pondok Pesantren di Kabupaten Morowali, Rabu (24/9/2025). ANTARA/HO-FKUB Sulteng

Palu (ANTARA) - Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) berkomitmen menanamkan nilai moderasi beragama kepada pelajar di Sulawesi Tengah (Sulteng) sebagai upaya mencegah tindak kekerasan di sekolah.

"Menekankan nilai-nilai kebaikan kepada anak sejak dini harus dilakukan, baik di lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah supaya mereka memahami makna kehidupan dan tidak saling mencela," kata Ketua FKUB Sulteng Zainal Abidin di Palu, Kamis.

Ia mengemukakan, tidak jarang kasus kekerasan terjadi di lingkungan sekolah, baik itu kekerasan verbal maupun fisik, yang mana tindakan melanggar norma-norma kehidupan itu dapat memberikan tekanan mental terhadap korban.

Misalnya perundungan (bullying), biasanya korban kekerasan itu adalah orang-orang di anggap lemah, perilaku yang agresif dilakukan secara berulang kepada korban akan berdampak negatif terhadap kenyamanan anak belajar, bahkan bisa berujung pada tekanan mental mengakibatkan rasa trauma.

"Sebagai organisasi tempat berhimpun tokoh-tokoh lintas agama memiliki tanggung jawab memberikan perlindungan sekaligus mencegah tindak kekerasan melalui edukasi, supaya akhlak generasi muda semakin baik," ujarnya.

Ia menjelaskan, sosialisasi moderasi beragama kepada pelajar salah satu program kerja FKUB, yang mana pada Rabu (24/9) pihaknya melaksanakan kegiatan tersebut di tiga sekolah di Kabupaten Morowali.

Ia menuturkan bahwa moderasi beragama bukan hanya soal perbedaan keyakinan, melainkan menyangkut keberagaman bahasa, budaya, dan adat yang seringkali memicu kesalahpahaman.

Perbedaan merupakan ketetapan Tuhan. Bahkan anak kembar pun punya keinginan yang berbeda. Karena itu, menghormati perbedaan adalah bentuk penghormatan kepada Sang Pencipta," ucap Zainal yang juga Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Ia menjelaskan, memberikan pemahaman moderasi beragama kepada peserta didik supaya mereka mengerti bahwa keberagaman merupakan bagian dari kekayaan bangsa, bukan sumber pertentangan.

"Maka kalangan pelajar harus terus diberi pemahaman, bahwa hidup berdampingan dalam perbedaan adalah hal yang wajar," kata dia.

Pewarta :
Editor : Andilala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.