Palu (ANTARA) - Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah (Sulteng) Prof Zainal Abidin membawa pesan moderasi beragama pada perayaan Natal Nasional 2025 di Kota Sorong, Provinsi Papua Barat.
"Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keragaman, termasuk 1.340 suku bangsa dan lima kelompok agama besar dunia. Maka toleransi salah satu strategi menjaga kerukunan umat beragama," kata Zainal Abidin dalam keterangan tertulisnya diterima di Palu, Sabtu.
Ia mengemukakan toleransi dan kerukunan tidak terjadi begitu saja, di mana di dalamnya ada peran ulama, kiai, pendeta, biksu dan seluruh tokoh agama dalam membumikan nilai-nilai moderasi beragama.
Mengutip Hans Kung seorang ulama kharismatik menegaskan bahwa agama bersifat ambivalen, artinya agama bisa menjadi pelopor perdamaian, namun di sisi lain agama pun sangat rentan menjadi api penyulut konflik yang mengatasnamakan agama.
"Tidak ada perdamaian dunia, jika tidak ada perdamaian agama. Artinya, perdamaian hanya dapat terwujud jika umat beragama dapat hidup rukun dan harmonis. Oleh karena itu, kata kunci untuk mewujudkan Indonesia yang damai adalah membangun kerukunan antar umat beragama," ujarnya.
Ia menilai, di era kekinian banyak hal yang dapat memicu terjadinya perselisihan antar masyarakat bila tidak dilakukan penerapan manajemen yang tepat, polarisasi isu memecah belah, ujaran kebencian, diskriminasi minoritas, politisasi agama termasuk penyebaran informasi hoaks di media sosial memiliki potensi mengganggu keharmonisan umat beragama.
"Isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) dari satu wilayah dapat dengan mudah ditransfer ke wilayah lain. Apalagi jika terkait isu agama, efeknya akan jauh lebih luas karena sentimen agama dapat melampaui batas-batas negara," ucapnya.
Ia menekankan bahwa kerukunan antarumat beragama hendaknya dilakukan secara optimal, tidak hanya dalam ruang-ruang seminar atau diskusi para tokoh.
Karena konflik bernuansa agama umumnya bermula dari lapisan bawah, dari masyarakat awam, dan sangat jarang terjadi pada level elit, kecuali bila disusupi kepentingan politis.
Ia menyebut ada lima pilar membangun kerukunan dalam paradigma global yakni menerima perbedaan, mengedepankan persamaan, saling percaya, saling memahami dan moderasi beragama.
"Kerukunan terwujud justru melalui pengakuan dan penghargaan terhadap wujudnya perbedaan, sehingga tidak melahirkan sikap merasa benar sendiri," turut Zainal yang juga Rais Syuriyah PBNU.
Perayaan Natal Nasional di Kota Sorong diselenggarakan Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) pada Sabtu (13/12) dihadiri para pemuka agama Kristen maupun pejabat daerah setempat.
