Poso, (Antaranews Sulteng) - Puluhan anak muda lintas agama di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, melakukan aksi solidaritas cinta damai di taman Kota Tentena, sekitar 60 kilometer selatan Kota Poso, Senin (14/5) malam.
Dalam aksi itu, mereka melantunkan puisi-puisi dan lagu-lagu yang bernuansa perdamaian untuk Indonesia yang damai pascaserangan bom di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5).
Koordinator aksi Reflin mengatakan kegiatan yang dipusatkan di kota wisata dan menjadi lokasi Kantor Pusat SInode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) itu merupakan respon atas peristiwa bom bunuh diri di Kota Surabaya.
"Anak-anak dan anak muda di Poso pernah mengalami dan berhadapan langsung dengan pelaku-pelaku teror dan aksi kekerasan. Kami tidak ingin itu terulang dimanapun di Indonesia," ujar Reflin.
Dalam aksi itu, ratusan peserta melantunkan lagu-lagu seperti Pancasila Rumah Kita, Selamanya Indonesia, Satu Nusa Satu Bangsa dengan penuh semangat namun khidmat dan banyak peserta meneteskan air mata.
"Kami sedih dan marah, karena anak-anak dan anak muda dijadikan alat teror," kata Reflin lagi.
Kerinduan untuk perdamaian disampaikan Reflin dalam bentuk puisi. Dalam puisi berjudul Perdamaian, ia mengajak seluruh masyarakat untuk menghargai perbedaan-perbedaan, merayakan segala perbedaan jenis, pikiran, gagasan, warna-warna, agama-agama sehingga yang hadir adalah kemanusiaan.
Dalam pernyataan sikap yang dibacakan saat aksi solidaritas itu, anak-anak muda Poso menyerukan para orang tua dalam keluarga untuk mengajarkan kehidupan yang toleran, serta menyebarkan pesan perdamaian bagi anak-anak .
Menurut dia, puisi yang dibacakannya juga sebagai kritik tajam kepada orang-orang tua yang mengajarkan kebencian, bahkan aksi kekerasan pada anak-anaknya dalam keluarga.
Kabupaten Poso pernah mengalami konflik horizontal yang berkepanjangan termasuk aksi terorisme, yang menyebabkan ribuan orang mengungsi, anak-anak terlantar dan mengalami trauma, namun sekarang kehidupan masyarakat telah berjalan dengan aman, tenteram dan damai.
Ribuan keluarga mengungsi, anak-anak juga mengalami trauma yang berkepanjangan. Melalui seni dan budaya, anak-anak muda Poso dari berbagai agama merajut perdamaian dan mengkampanyekan perdamaian.
"Kami anak-anak Poso tidak ingin kekerasan dialami oleh anak-anak lainnya dan seluruh keluarga lainnya, kami ingin menjadi generasi yang damai," tegas Riri, remaja Muslim Kelurahan Tegalrejo.
Aksi solidaritas yang diakhiri dengan pernyataan sikap anak-anak muda Poso itu menolak kekerasan dan terorisme dan menyatakan sikap berani berdamai dan mengusung perdamaian, disertai dengan membubuhkan cap tangan dan pesan-pesan perdamaian di atas selembar kain putih berukuran dua meter.
Pemuda Poso gelar aksi cinta damai
Kami anak-anak Poso tidak ingin kekerasan dialami oleh anak-anak lainnya dan seluruh keluarga lainnya, kami ingin menjadi generasi yang damai