Bulog Sulteng siap operasi pasar jika diminta

id bulog, cabai

Bulog Sulteng siap operasi pasar jika diminta

Pekerja memetik cabai merah saat panen di kawasan perkebunan cabai Desa Suak Timah, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (2/11/2019). Menurut pengakuan pekerja, dalam sehari mereka mampu memetik 20 sampai 45 kilogram cabai merah dengan upah Rp 2.500 per kilogram. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/hp;. (ANTARA FOTO/SYIFA YULINNAS)

Palu (ANTARA) - Perum Bulog Sulawesi Tengah siap melaksanakan operasi pasar, termasuk untuk komoditas cabai yang kini harganya di pasaran lokal terus mengalami kenaikan tajam, jika pemerintah daerah memintanya. 

"Kalau pemerintah daerah meminta kami untuk ikut intervensi pasar, Bulog siap membeli dan menjual komoditas dimaksud," kata Kepala Bidang Pengadaan dan OPP Perum Bulog Sulteng, Amir Sube di Palu, Selasa.

Ia membenarkan harga cabai di pasaran Kota Palu dalam beberapa pekan terakhir ini naik cukup tajam.

Namun, kata dia, sejauh ini belum ada permintaan dari pemerintah daerah kepada Bulog untuk menggelar operasi pasar.

"Kalau kami diminta untuk melakukan operasi pasar, Bulog siap melaksanakan," ujar Amir.

Memang cabai merupakan salah satu komoditas pangan yang dibutuhkan masyarakat. Tetapi bukan merupakan bahan kebutuhan pokok seperti beras,gula pasir dan minyak goreng.

Lagi pula, kenaikan harga cabai banyak dipengaruhi oleh produksi. Saat produksi melimpah, harga turun dan sebaliknya.
Produksi cabai menurun sebagai dampak musim kemarau panjang yang melanda sejumlah sentra produksi di Sulteng.

Akibatnya, banyak petani gagal panen.
Sementara sejumlah pedagang di Palu membenarkan harga cabai terus mengalami kenaikan, karena harga di tingkat petani naik.

"Kalau harga di tingkat petani naik, otomatis harga di tingkat pengecer ikut naik dan sebaliknya," kata Ny Lufti, seorang pedagang di kawasan Pasar Induk Masomba Palu.

Dia mengatakan kenaikan harga cabai akibat suplai dari produsen kurang karena panen di sentra-sentra produksi belum berlangsung.

Hal senada juga disampaikan Ny Yarni, pedagang cabai di kawasan Pasar Induk Tradisonal Manonda.

Ia juga mengatakan stok cabai di tingkat pengecer berkurang karena belum ada panen.

Jika panen sudah tiba, kemungkinan besar harga cabai di tingkat petani maupun pengecer akan turun."Tapi harganya tidak akan normal seperti sebelumnya," kata dia.

Selain karena panen belum berlangsung, juga banyak pedagang setempat yang mengirim cabai keluar daerah, terutama ke Kaltim sebagai pangsa pasar terbesar sejumlah komoditi hortikultura.

Pengiriman berbagai komoditi, termasuk buah-buahan ke Kaltim dilakukan para pedagang setiap dua minggu sekali dengan menggunakan transportasi laut.