BPPT berencana beli pesawat PTDI untuk misi hujan buatan

id hujan buatan

BPPT berencana beli pesawat  PTDI untuk misi hujan buatan

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza (kiri) dan Direktur utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro (kanan) menunjukkan surat pernyataan minat yang telah ditandatangani di dalam acara Roll Out Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) atau drone tipe Medium Altitude Long Endurance (MALE) di PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Senin. (Foto : ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)

Sekarang ini sudah kita punya niat untuk diadakan pesawat pada tahun 2020-2021 itu untuk menyemai awan dengan garam supaya bisa melakukan percepatan hujan buatan
Bandung (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berminat dan berencana untuk membeli pesawat terbang dari PT Dirgantara Indonesia (DI) yang secara khusus akan dibuat untuk membantu pelaksanaan hujan buatan, melalui penandatanganan surat pernyataan minat.

"Sekarang ini sudah kita punya niat untuk diadakan pesawat pada tahun 2020-2021 itu untuk menyemai awan dengan garam supaya bisa melakukan percepatan hujan buatan," kata Kepala BPPT Hammam Riza di dalam acara Roll Out Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) atau Drone tipe Medium Altitude Long Endurance (MALE) di PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Senin.

Penandatanganan surat pernyataan minat itu dilakukan oleh Kepala BPPT dan Direktur utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro di PT Dirgantara Indonesia di Bandung pada Senin.

BPPT mengalokasikan anggaran Rp260 miliar untuk membeli pesawat NC212 itu. Dia berharap kontrak akan segera ditandatangani pada 2020 sehingga proses pengadaan pesawat terbang khusus untuk misi hujan buatan dapat dilakukan pada 2020 hingga 2021.

BPPT sejak tahun 1993 telah mengoperasikan pesawat NC212 buatan PT Dirgantara Indonesia untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca mendatangkan hujan buatan. Sementara dalam rangka melaksanakan misi hujan buatan membutuhkan pesawat dengan konfigurasi hujan buatan (rain making).

Hammam mengatakan selama ini pergerakan BPPT terbatas untuk menyemai awan dalam upaya menciptakan hujan buatan karena hanya memiliki satu pesawat yang sudah beroperasi sejak 1993. Sementara, Thailand memiliki 20 pesawat untuk melakukan hujan buatan.

Untuk pengendalian kasus-kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sebelumnya, BPPT banyak mengandalkan pesawat dari TNI Angkatan Udara dengan meminjam pesawat mereka.

Untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan teknologi modifikasi cuaca ke depan, BPPT akan menjajaki dan mengkaji pesawat terbang buatan PT DI yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan teknologi modifikasi cuaca.

Direktur utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro mengatakan pesawat NC212 dapat mengangkut 3 ton sehingga bisa membawa banyak bahan yakni garam untuk proses penyemaian awan.

"Kalau saya sebagai pembuat mudah-mudahan bisa kontrak bulan depan," ujarnya.

Dalam surat pernyataan minat itu, PT DI menyatakan sepakat melaksanakan pelaksanaan aspek teknis dan non teknis jenis pesawat terbang dengan konfigurasi hujan buatan.