Meski slogan dan raungan sepeda motor mereka terkenal hingar bingar, perusahaan asal Milwaukee, Amerika Serikat, itu diam-diam sukses melewati kekhawatiran yang sejak lama didengung-dengungkan para pengamat, yaitu soal usia sasaran pasar mereka.
Wartawan James B. Kelleher dari Reuters menyebut hal itu sebagai pertanda bahwa perusahaan yang sudah berusia 110 tahun tersebut sudah diterima oleh kalangan pengendara generasi baru.
Harley-Davidson selama ini identik digunakan pria kulit putih paruh baya. Dua pertiga penjualannya berasal dari Amerika Serikat dan Kanada.
Sejak beberapa CEO sebelumnya, Harley-Davidson memulai upaya untuk menarik pembeli yang lahir setelah tahun 1964.
Harley mulai meluncurkan program untuk menjangkau perempuan dan kelompok minoritas dengan cara mendesain ulang produk.
Harley mengklaim usaha itu sukses, dan hal itu didukung hasil riset dari perusahaan terkemuka data industri otomotif, RL Polk.
Riset mereka menunjukkan bahwa sudah lima tahun berturut-turut Harley jadi pilihan utama mereka yang berusia antara 18 dan 34 tahun.
Di sisi lain, pengiriman tahunan Harley-Davidson belum pulih dari rekor 350.000 unit sebelum resesi menjadi paling tinggi 264.000 unit untuk target tahun ini.
Jamie Katz, analis di Morningstar, mengatakan program Harley menjangkau kalangan lain telah berhasil.