Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memaparkan program kota bersih yang diterapkan di Kota Pahlawan, Jatim, saat menjadi pemateri dalam webinar Nasional yang digelar oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) RI, Selasa.
Webinar yang diikuti oleh seluruh bupati dan wali kota se-Indonesia dengan mengangkat tema "Kemendagri Mendorong Pemerintah Daerah Mewujudkan Kota Bersih" tersebut, Wali Kota Eri berbagi pengalaman tentang program kota bersih yang dilakukannya di Kota Surabaya.
"Program kota bersih itu harus dilakukan secara komplek, tidak bisa dilakukan hanya dari satu sisi. Makanya, Pemkot Surabaya sejak awal berkomitmen untuk menata guna lahan, mulai dari ruang terbuka hijau (RTH) hingga memperhatikan indeks kualitas tutupan lahan," kata Eri saat paparannya di ruang kerjanya.
Menurut dia, RTH di Surabaya itu meliputi taman kota, taman hutan raya, jalur hijau dan taman, serta area konservasi mangrove. RTH itu meningkat setiap tahunnya. Bahkan, untuk indeks kualitas tutupan lahan (IKTL), sesuai perhitungan Permen LHK 27 Tahun 2021, di Kota Surabaya juga terus naik," kata Eri.
Selain tata guna lahan, Eri juga menjelaskan, pemkot juga memperhatikan kualitas airnya dengan membuat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) komunal dan rumah tangga. Hingga saat ini, pemkot sudah membangun IPAL di 60 lokasi, sehingga diharapkan warga sekitarnya bisa ikut meniru pembangunan IPAL tersebut.
Sedangkan yang paling penting dalam program kota bersih, kata Eri, adalah persampahan. Saat ini, Kota Surabaya menghasilkan sampah sekitar 1.674,70 ton per hari. Sampah itu kemudian dilakukan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan proses akhir sampah, yaitu berhasil menjadi listrik.
"Kini PLTSa kita sudah bisa menghasilkan 11 megawatt," ujarnya.
Dalam pengolahan sampah, Wali Kota Eri menegaskan bahwa peran serta masyarakat Surabaya sangat penting untuk mengurangi sampah. Bahkan, sampai saat ini Pemkot Surabaya juga terus mendorong masyarakat untuk sadar bahwa sampah itu bisa menghasilkan uang dan menguntungkan.
Dengan pelibatan masyarakat itu, Eri memastikan bahwa perlahan pemkot berhasil mengatasi sampah di Surabaya.
"Pada akhirnya, saya juga sangat bersyukur karena Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kota Surabaya mengalami kenaikan, jika di tahun 2020 di angka 60,96, ternyata tahun 2021 naik menjadi 67,78," katanya.
Webinar yang diikuti oleh seluruh bupati dan wali kota se-Indonesia dengan mengangkat tema "Kemendagri Mendorong Pemerintah Daerah Mewujudkan Kota Bersih" tersebut, Wali Kota Eri berbagi pengalaman tentang program kota bersih yang dilakukannya di Kota Surabaya.
"Program kota bersih itu harus dilakukan secara komplek, tidak bisa dilakukan hanya dari satu sisi. Makanya, Pemkot Surabaya sejak awal berkomitmen untuk menata guna lahan, mulai dari ruang terbuka hijau (RTH) hingga memperhatikan indeks kualitas tutupan lahan," kata Eri saat paparannya di ruang kerjanya.
Menurut dia, RTH di Surabaya itu meliputi taman kota, taman hutan raya, jalur hijau dan taman, serta area konservasi mangrove. RTH itu meningkat setiap tahunnya. Bahkan, untuk indeks kualitas tutupan lahan (IKTL), sesuai perhitungan Permen LHK 27 Tahun 2021, di Kota Surabaya juga terus naik," kata Eri.
Selain tata guna lahan, Eri juga menjelaskan, pemkot juga memperhatikan kualitas airnya dengan membuat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) komunal dan rumah tangga. Hingga saat ini, pemkot sudah membangun IPAL di 60 lokasi, sehingga diharapkan warga sekitarnya bisa ikut meniru pembangunan IPAL tersebut.
Sedangkan yang paling penting dalam program kota bersih, kata Eri, adalah persampahan. Saat ini, Kota Surabaya menghasilkan sampah sekitar 1.674,70 ton per hari. Sampah itu kemudian dilakukan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan proses akhir sampah, yaitu berhasil menjadi listrik.
"Kini PLTSa kita sudah bisa menghasilkan 11 megawatt," ujarnya.
Dalam pengolahan sampah, Wali Kota Eri menegaskan bahwa peran serta masyarakat Surabaya sangat penting untuk mengurangi sampah. Bahkan, sampai saat ini Pemkot Surabaya juga terus mendorong masyarakat untuk sadar bahwa sampah itu bisa menghasilkan uang dan menguntungkan.
Dengan pelibatan masyarakat itu, Eri memastikan bahwa perlahan pemkot berhasil mengatasi sampah di Surabaya.
"Pada akhirnya, saya juga sangat bersyukur karena Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kota Surabaya mengalami kenaikan, jika di tahun 2020 di angka 60,96, ternyata tahun 2021 naik menjadi 67,78," katanya.