Jakarta (ANTARA) - Sekitar 33 tahun lalu, Sri Rossyati (73) tengah mengemudikan mobilnya yang melaju melintasi jalan raya Ibu Kota bersama kembarannya, Sri Irianingsih (73).
Mereka melintas di sepanjang jalan layang. Dalam perjalanan tidak disangka mereka terjebak kerusuhan, ada tawuran saat itu.
Mereka hampir saja berada di tengah-tengah massa yang emosional. Sebagai perempuan, ini adalah peristiwa yang menakutkan. Dua perempuan ini akhirnya memilih menepi, mereka berusaha mencari jalan keluar hingga masuk ke celah kecil di kolong jalan layang.
Mengejutkan lagi bagi Rossy dan Rian, sapaan Sang Ibu Kembar. Mereka menemukan permukiman di bawah kolong itu.
Tak berapa lama, Rossy mengarahkan pandangannya lalu menghampiri anak-anak yang sedang asyik melipat kardus. Anak-anak itu ternyata tidak sekolah.
Rossy sebelumnya pernah juga mengalami pengalaman serupa, saat melintas di Kali Sunter. Banyak anak yang tidak sekolah. Lalu, Rossy dan Rian menjadi guru bagi anak-anak miskin itu. Menjadi ibu yang memberikan cinta kasih nirbatas.
Demikian lah sekilas kenangan sang Guru Kembar mengenai awal mula ketertarikan mereka untuk mendirikan Sekolah Darurat Kartini bagi anak-anak warga penghuni kolong jembatan tol kawasan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, yang dikutip dari keterangan video di akun Youtube keduanya Dua Mawar Merah TV dan sudah diizinkan Rossy untuk dimuat di portal ANTARA.
Rossy dan Rian tampak semringah pada petang waktu penulis kunjungi pada H-2 Lebaran 2023 itu. Pasalnya, ibu Ketua Persatuan Istri Tentara Kartika Candra Kirana (Persit KCK) Cabang XVI Kodim 0502 Jakarta Utara Ollen Frega Wenas dan ibu-ibu Persit lainnya juga akan datang berkunjung.
Benar saja, pintu tiba-tiba diketuk. Di selasar depan teras, wajah ceria Ollen menyapa penulis yang sedang duduk di dalam ruangan kelas Sekolah Darurat Kartini bersama 35 anak didik Ibu Guru Kembar yang masih belum mudik ke kampung halaman.
Rossy mempersilakan tamunya masuk agar bisa duduk bersama anak-anak. Pada petang tadi, anak-anak katanya sudah memasak makanan-makanan enak. Ada opor ayam dan telur rebus serta sayur kangkung.
Ollen dan ibu-ibu Persit juga tak kosong tangannya. Mereka membawa sejumlah paket Lebaran untuk dibagikan kepada anak-anak. Isinya ada sembako, buku gambar, pensil warna, serta peralatan belajar lainnya. Rupanya Ollen memang merencanakan kegiatan berbagi keceriaan bersama anak-anak pada petang bulan Ramadhan itu.
Setelah bercengkerama sejenak dengan Ibu Guru Kembar, Ollen melihat penulis yang sedang berdiri menyambutnya. Tampak ada rasa terkejut ada wartawan di sekolah ini.
Penulis tersenyum saat Ollen menyapa. Meskipun kini sudah jadi istri Dandim 0502 JU Kolonel Infanteri Frega Wenas Inkiriwang, penulis tahu bahwa dia dulu juga seorang jurnalis televisi swasta.
Lulusan Pascasarjana Westminster University London, Inggris, jurusan Media and Development itu sempat berkarier sebagai jurnalis aktif dari 2010 hingga 2016. Bahkan kini hobinya pun masih menulis.
Penulis menerangkan maksud kedatangannya adalah untuk mewawancarai Ollen mengenai penerusan perjuangan seorang Kartini di era masa kini. Dia senang karena ANTARA tertarik mengangkat isu itu.
Ollen mengatakan Kartini era masa kini itu seperti Sang Ibu Guru Kembar, Sri Rossyati dan Sri Irianingsih. Keduanya perempuan pejuang di bidang pendidikan seperti sosok Kartini sebelumnya yang terkenal akan karya Habis Gelap Terbitlah Terang-nya.
Kedua ibu guru kembar juga merupakan keluarga TNI, patriot pembela negeri yang tak kenal lelah menempuh berbagai cara agar anak-anak muda tak kehilangan kesempatan menempuh pendidikan meski ada keterbatasan harta benda.
Semangat sang ibu guru kembar juga yang ingin Ollen ketuk tularkan kepada setiap sanubari anggota Persit KCK Cabang XVI Kodim 0502 JU.
Sejak kemerdekaan Republik Indonesia, Persit KCK didirikan pada 3 April 1946 untuk selalu setia mengabdi kepada negara lewat gerakan-gerakan sosial kebudayaan.
Di Jakarta Utara, Persit KCK Cabang XVI memiliki pembina yaitu Dandim 0502 JU dan ketuanya adalah Ollen sendiri. Ollen selaku ketua organisasi dari sekitar 200-an istri tentara. Sedangkan kalau diikutkan dengan pegawai negeri sipil di lingkup TNI Angkatan Darat yang tugasnya membantu Persit dalam bidang administrasi, jumlahnya personel Persit KCK Cabang XVI Kodim 0502 JU menjadi 256 orang.
Kegiatan rutin Persit KCK Cabang XVI Kodim 0502 JU adalah melaksanakan pertemuan gabungan di mana para istri tentara harus turut andil semuanya dalam memuluskan terwujudnya cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kegiatan yang dilakukan, misalnya, bazar pangan murah, seperti yang dilaksanakan di Markas Kodim 0502 JU di Tanjung Priok pada Rabu, lokakarya pembuatan kerajinan tangan hingga bakti sosial.
Pada bulan Ramadhan, gerakan-gerakan sosial kebudayaan seperti itu tentu dibutuhkan masyarakat. Misalnya bazar pangan murah, ini pasti dicari warga karena harga-harga sembako yang meningkat setiap Hari-Hari Besar Keagamaan Nasional.
Persit KCK berkolaborasi dengan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi DKI Jakarta, Perum Bulog, serta pemangku kepentingan (stakeholder) dari pihak swasta untuk menyalurkan anggaran CSR-nya untuk pengadaan bazar pangan murah di Makodim 0502 JU Tanjung Priok.
Kemarin, ada ratusan ibu sekitar Makodim 0502 JU yang dibantu mendapatkan daging dengan harga terjangkau yakni Rp84.000 per kilogram. Padahal harga daging di pasaran masih berkisar Rp140 ribu hingga Rp150 ribu per kilogram.
Untuk lokakarya pembuatan kerajinan tangan pun sama, Persit KCK menggandeng stakeholders terkait untuk mengajarkan pembuatan karya-karya seperti gelang, kalung, dan lain-lain yang nantinya bisa menggerakkan perekonomian keluarga.
Lalu saat bakti sosial, ibu-ibu Persit yang gemar memasak, menjahit atau berderma dengan cara-cara lainnya bisa ikut andil dalam menyejahterakan lingkungan sekitar, khususnya untuk teritorial Kodim 0502 JU yakni Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu. Seperti waktu terjadi bencana kebakaran di Plumpang, Koja, Jakarta Utara, anggota Persit turut membantu menyalurkan bantuan kepada warga yang membutuhkan.
Yang menginspirasi, menurut Ollen, tentu kegiatan yang diinisiasi oleh ibu Rossy dan Rian. Keduanya pernah menjadi anggota Persit dan Jalasenastri (organisasi perempuan TNI Angkatan Laut).
Suami keduanya memang telah gugur, namun kerja-kerja moril para patriot bangsa Indonesia itu masih diteruskan hingga kini oleh Sang Ibu Guru Kembar, yaitu dengan membuat sekolah gratis bagi anak-anak yang pasti mengharumkan nama institusi TNI.
Saat ini dua guru kembar mengelola dua Sekolah Darurat Kartini. Satunya di bawah kolong jembatan tol kawasan Ancol dan satu lagi ada di Kelapa Gading. Total peserta didiknya berjumlah 100 orang, dan tidak hanya berasal dari wilayah Jakarta Utara.
Makanya, saat tadi dihitung hanya tersisa 35 orang karena sebagian besar sudah ikut mudik Lebaran bersama keluarga masing-masing.
Ollen mengaku salut karena pada usianya yang tidak muda lagi, kedua ibu guru kembar ini masih terus aktif mencerdaskan anak-anak dari keluarga kurang mampu di sekitarnya tanpa imbalan alias gratis.
Menurut dia, anggota Persit mesti mencontoh kehidupan senior-senior mereka yang kini masih terus berdampak bagi lingkungan sekitarnya meski sudah menjadi Warakawuri karena sudah ditinggal wafat oleh suami-suaminya.
"Yang dulunya Persit, itu Ibu Rossy, kalau Ibu Rian dulunya dari Jalasenastri. Duet kedua keluarga TNI itu dalam berkiprah bagi negeri ini luar biasa perjuangannya. Berarti memang didikan Persit zaman dulu memang luar biasa, sampai bisa melahirkan tokoh perempuan yang seperti ini," kata Ollen.
Menjadi anggota Persit tidak ada patokan pendidikan misalnya harus sarjana, dan juga tidak ada patokan usianya. Namun, menurut Ollen, menjadi istri seorang tentara harus memiliki komitmen untuk siap menjalankan tugas berbakti kepada keluarga dan negara seumur hidup.
Dan yang masih dapat ditiru dari Ibu Guru Kembar oleh anggota Persit adalah karakter keduanya. Lewat serangkaian sikap dan perilaku yang tampak, bukan hanya soal pendidikan dan usia, perempuan lulusan sarjana di luar sana yang belum memiliki karakter kepribadian seperti keduanya tentu mesti terus ikhtiar untuk belajar.
Rossy dan Rian mengakui mengajari anak-anak selama 32 tahun Sekolah Darurat Kartini, butuh perjuangan dan usaha yang luar biasa. Lokasi mereka pernah hampir digusur hingga lima kali, setiap hari mereka selalu berhadapan dengan anak-anak yang dihadapkan dengan kondisi sosial yang keras di Ibu Kota.
Namun, perjuangan dan usaha itu tidak sia-sia karena tahun 2019, keduanya diberi penghargaan Satyalencana Kebaktian Sosial oleh Pemerintah. Sebuah penghargaan tertinggi yang diberikan kepada warga negara Indonesia yang dinilai telah berjasa dalam bidang perikemanusiaan pada umumnya.
Pada usia senja, keduanya dianggap layak mendapatkan perhatian oleh berbagai pihak. Termasuk dari Ketua Persit KCK Cabang XVI Kodim 0502 JU Ollen Frega Wenas, yang dalam kesempatan itu berniat untuk terus membantu sebisanya untuk mengubah masa depan anak-anak marjinal menjadi lebih cerah dengan bekal ilmu pengetahuan yang diajarkan di Sekolah Darurat Kartini.
Semangat terus para Kartini masa kini!
Mereka melintas di sepanjang jalan layang. Dalam perjalanan tidak disangka mereka terjebak kerusuhan, ada tawuran saat itu.
Mereka hampir saja berada di tengah-tengah massa yang emosional. Sebagai perempuan, ini adalah peristiwa yang menakutkan. Dua perempuan ini akhirnya memilih menepi, mereka berusaha mencari jalan keluar hingga masuk ke celah kecil di kolong jalan layang.
Mengejutkan lagi bagi Rossy dan Rian, sapaan Sang Ibu Kembar. Mereka menemukan permukiman di bawah kolong itu.
Tak berapa lama, Rossy mengarahkan pandangannya lalu menghampiri anak-anak yang sedang asyik melipat kardus. Anak-anak itu ternyata tidak sekolah.
Rossy sebelumnya pernah juga mengalami pengalaman serupa, saat melintas di Kali Sunter. Banyak anak yang tidak sekolah. Lalu, Rossy dan Rian menjadi guru bagi anak-anak miskin itu. Menjadi ibu yang memberikan cinta kasih nirbatas.
Demikian lah sekilas kenangan sang Guru Kembar mengenai awal mula ketertarikan mereka untuk mendirikan Sekolah Darurat Kartini bagi anak-anak warga penghuni kolong jembatan tol kawasan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, yang dikutip dari keterangan video di akun Youtube keduanya Dua Mawar Merah TV dan sudah diizinkan Rossy untuk dimuat di portal ANTARA.
Rossy dan Rian tampak semringah pada petang waktu penulis kunjungi pada H-2 Lebaran 2023 itu. Pasalnya, ibu Ketua Persatuan Istri Tentara Kartika Candra Kirana (Persit KCK) Cabang XVI Kodim 0502 Jakarta Utara Ollen Frega Wenas dan ibu-ibu Persit lainnya juga akan datang berkunjung.
Benar saja, pintu tiba-tiba diketuk. Di selasar depan teras, wajah ceria Ollen menyapa penulis yang sedang duduk di dalam ruangan kelas Sekolah Darurat Kartini bersama 35 anak didik Ibu Guru Kembar yang masih belum mudik ke kampung halaman.
Rossy mempersilakan tamunya masuk agar bisa duduk bersama anak-anak. Pada petang tadi, anak-anak katanya sudah memasak makanan-makanan enak. Ada opor ayam dan telur rebus serta sayur kangkung.
Ollen dan ibu-ibu Persit juga tak kosong tangannya. Mereka membawa sejumlah paket Lebaran untuk dibagikan kepada anak-anak. Isinya ada sembako, buku gambar, pensil warna, serta peralatan belajar lainnya. Rupanya Ollen memang merencanakan kegiatan berbagi keceriaan bersama anak-anak pada petang bulan Ramadhan itu.
Setelah bercengkerama sejenak dengan Ibu Guru Kembar, Ollen melihat penulis yang sedang berdiri menyambutnya. Tampak ada rasa terkejut ada wartawan di sekolah ini.
Penulis tersenyum saat Ollen menyapa. Meskipun kini sudah jadi istri Dandim 0502 JU Kolonel Infanteri Frega Wenas Inkiriwang, penulis tahu bahwa dia dulu juga seorang jurnalis televisi swasta.
Lulusan Pascasarjana Westminster University London, Inggris, jurusan Media and Development itu sempat berkarier sebagai jurnalis aktif dari 2010 hingga 2016. Bahkan kini hobinya pun masih menulis.
Penulis menerangkan maksud kedatangannya adalah untuk mewawancarai Ollen mengenai penerusan perjuangan seorang Kartini di era masa kini. Dia senang karena ANTARA tertarik mengangkat isu itu.
Ollen mengatakan Kartini era masa kini itu seperti Sang Ibu Guru Kembar, Sri Rossyati dan Sri Irianingsih. Keduanya perempuan pejuang di bidang pendidikan seperti sosok Kartini sebelumnya yang terkenal akan karya Habis Gelap Terbitlah Terang-nya.
Kedua ibu guru kembar juga merupakan keluarga TNI, patriot pembela negeri yang tak kenal lelah menempuh berbagai cara agar anak-anak muda tak kehilangan kesempatan menempuh pendidikan meski ada keterbatasan harta benda.
Semangat sang ibu guru kembar juga yang ingin Ollen ketuk tularkan kepada setiap sanubari anggota Persit KCK Cabang XVI Kodim 0502 JU.
Sejak kemerdekaan Republik Indonesia, Persit KCK didirikan pada 3 April 1946 untuk selalu setia mengabdi kepada negara lewat gerakan-gerakan sosial kebudayaan.
Di Jakarta Utara, Persit KCK Cabang XVI memiliki pembina yaitu Dandim 0502 JU dan ketuanya adalah Ollen sendiri. Ollen selaku ketua organisasi dari sekitar 200-an istri tentara. Sedangkan kalau diikutkan dengan pegawai negeri sipil di lingkup TNI Angkatan Darat yang tugasnya membantu Persit dalam bidang administrasi, jumlahnya personel Persit KCK Cabang XVI Kodim 0502 JU menjadi 256 orang.
Kegiatan rutin Persit KCK Cabang XVI Kodim 0502 JU adalah melaksanakan pertemuan gabungan di mana para istri tentara harus turut andil semuanya dalam memuluskan terwujudnya cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kegiatan yang dilakukan, misalnya, bazar pangan murah, seperti yang dilaksanakan di Markas Kodim 0502 JU di Tanjung Priok pada Rabu, lokakarya pembuatan kerajinan tangan hingga bakti sosial.
Pada bulan Ramadhan, gerakan-gerakan sosial kebudayaan seperti itu tentu dibutuhkan masyarakat. Misalnya bazar pangan murah, ini pasti dicari warga karena harga-harga sembako yang meningkat setiap Hari-Hari Besar Keagamaan Nasional.
Persit KCK berkolaborasi dengan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi DKI Jakarta, Perum Bulog, serta pemangku kepentingan (stakeholder) dari pihak swasta untuk menyalurkan anggaran CSR-nya untuk pengadaan bazar pangan murah di Makodim 0502 JU Tanjung Priok.
Kemarin, ada ratusan ibu sekitar Makodim 0502 JU yang dibantu mendapatkan daging dengan harga terjangkau yakni Rp84.000 per kilogram. Padahal harga daging di pasaran masih berkisar Rp140 ribu hingga Rp150 ribu per kilogram.
Untuk lokakarya pembuatan kerajinan tangan pun sama, Persit KCK menggandeng stakeholders terkait untuk mengajarkan pembuatan karya-karya seperti gelang, kalung, dan lain-lain yang nantinya bisa menggerakkan perekonomian keluarga.
Lalu saat bakti sosial, ibu-ibu Persit yang gemar memasak, menjahit atau berderma dengan cara-cara lainnya bisa ikut andil dalam menyejahterakan lingkungan sekitar, khususnya untuk teritorial Kodim 0502 JU yakni Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu. Seperti waktu terjadi bencana kebakaran di Plumpang, Koja, Jakarta Utara, anggota Persit turut membantu menyalurkan bantuan kepada warga yang membutuhkan.
Yang menginspirasi, menurut Ollen, tentu kegiatan yang diinisiasi oleh ibu Rossy dan Rian. Keduanya pernah menjadi anggota Persit dan Jalasenastri (organisasi perempuan TNI Angkatan Laut).
Suami keduanya memang telah gugur, namun kerja-kerja moril para patriot bangsa Indonesia itu masih diteruskan hingga kini oleh Sang Ibu Guru Kembar, yaitu dengan membuat sekolah gratis bagi anak-anak yang pasti mengharumkan nama institusi TNI.
Saat ini dua guru kembar mengelola dua Sekolah Darurat Kartini. Satunya di bawah kolong jembatan tol kawasan Ancol dan satu lagi ada di Kelapa Gading. Total peserta didiknya berjumlah 100 orang, dan tidak hanya berasal dari wilayah Jakarta Utara.
Makanya, saat tadi dihitung hanya tersisa 35 orang karena sebagian besar sudah ikut mudik Lebaran bersama keluarga masing-masing.
Ollen mengaku salut karena pada usianya yang tidak muda lagi, kedua ibu guru kembar ini masih terus aktif mencerdaskan anak-anak dari keluarga kurang mampu di sekitarnya tanpa imbalan alias gratis.
Menurut dia, anggota Persit mesti mencontoh kehidupan senior-senior mereka yang kini masih terus berdampak bagi lingkungan sekitarnya meski sudah menjadi Warakawuri karena sudah ditinggal wafat oleh suami-suaminya.
"Yang dulunya Persit, itu Ibu Rossy, kalau Ibu Rian dulunya dari Jalasenastri. Duet kedua keluarga TNI itu dalam berkiprah bagi negeri ini luar biasa perjuangannya. Berarti memang didikan Persit zaman dulu memang luar biasa, sampai bisa melahirkan tokoh perempuan yang seperti ini," kata Ollen.
Menjadi anggota Persit tidak ada patokan pendidikan misalnya harus sarjana, dan juga tidak ada patokan usianya. Namun, menurut Ollen, menjadi istri seorang tentara harus memiliki komitmen untuk siap menjalankan tugas berbakti kepada keluarga dan negara seumur hidup.
Dan yang masih dapat ditiru dari Ibu Guru Kembar oleh anggota Persit adalah karakter keduanya. Lewat serangkaian sikap dan perilaku yang tampak, bukan hanya soal pendidikan dan usia, perempuan lulusan sarjana di luar sana yang belum memiliki karakter kepribadian seperti keduanya tentu mesti terus ikhtiar untuk belajar.
Rossy dan Rian mengakui mengajari anak-anak selama 32 tahun Sekolah Darurat Kartini, butuh perjuangan dan usaha yang luar biasa. Lokasi mereka pernah hampir digusur hingga lima kali, setiap hari mereka selalu berhadapan dengan anak-anak yang dihadapkan dengan kondisi sosial yang keras di Ibu Kota.
Namun, perjuangan dan usaha itu tidak sia-sia karena tahun 2019, keduanya diberi penghargaan Satyalencana Kebaktian Sosial oleh Pemerintah. Sebuah penghargaan tertinggi yang diberikan kepada warga negara Indonesia yang dinilai telah berjasa dalam bidang perikemanusiaan pada umumnya.
Pada usia senja, keduanya dianggap layak mendapatkan perhatian oleh berbagai pihak. Termasuk dari Ketua Persit KCK Cabang XVI Kodim 0502 JU Ollen Frega Wenas, yang dalam kesempatan itu berniat untuk terus membantu sebisanya untuk mengubah masa depan anak-anak marjinal menjadi lebih cerah dengan bekal ilmu pengetahuan yang diajarkan di Sekolah Darurat Kartini.
Semangat terus para Kartini masa kini!