Palu (ANTARA) - Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah melaksanakan ziarah dan tabur bunga di empat titik lokasi di wilayah Kota Palu dalam rangka merefleksi lima tahun pascabencana gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi yang terjadi pada 28 September 2018 silam.
"Mari senantiasa mendoakan kebaikan untuk saudara - saudara, keluarga kita yang menjadi korban bencana pada tahun 2018 silam. Tapi kami meyakini, keluarga - keluarga kita yang dipanggil oleh Allah SWT pada bencana itu semuanya meninggal dalam keadaan syahid," kata Wali Kota Palu Hadianto Rasyid usai pelaksanaan tabur bunga di Kelurahan Balaroa, Kota Palu, Kamis.
Sekitar pukul 07.00 WITA, Wali Kota bersama unsur forum koordinasi pimpinan (forkopimda) dan warga Kota Palu melaksanakan tabur bunga yang diawali pada titik lokasi tsunami, yakni Anjungan Pantai Talise, kemudian dilanjutkan pada lokasi likuefaksi di Kelurahan Balaroa, dan Kelurahan Petobo serta berakhir pada pemakaman massal di Kelurahan Poboya.
Ia mengatakan ziarah yang dilakukan di beberapa titik lokasi bencana di Kota Palu sebagai momentum untuk mengingat atau menyadarkan kembali bahwa ibu kota Sulteng itu adalah salah satu daerah yang rentan akan bencana.
Oleh karena itu, dia mengatakan perjalanan ziarah itu menjadi momentum untuk merefleksikan serta mengingatkan diri agar selalu waspada, selalu berbuat kebaikan, sekaligus bangkit untuk menata kembali kehidupan ke arah lebih baik.
"Kami berdoa semoga keluarga-keluarga yang telah mendahului kita diterima di sisi Allah SWT. Dan bagi keluarga yang-ditinggalkan In syaa Allah diberikan keselamatan," ujarnya.
Adapun pemulihan lima tahun pascabencana Sulteng yang meliputi daerah Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala (Pasigala), kata dia, telah berjalan dengan cukup baik yang dalam hal ini pembangunan hunian tetap (huntap) dilaksanakan oleh Kementerian Perumahan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ditargetkan rampung selesai pada Maret 2024.
Sementara itu, salah seorang peziarah di tempat pemakaman massal Poboya, Sintia Aulia mengatakan salah satu anaknya menjadi korban dalam peristiwa likuefaksi yang menenggelamkan rumahnya di Kelurahan Petobo.
"Saya di luar kota waktu peristiwa itu terjadi dan dia (petugas) mengirimkan foto ciri-ciri anak seperti yang saya sebutkan. Dan beliau bilang sudah harus dikuburkan di sini," katanya.
Ia mengaku mendapatkan petunjuk melalui mimpi - mimpi untuk mengetahui lokasi makam anaknya di pemakaman massal tersebut, dan dalam mimpi itu anaknya meminta agar dipasangi nisan seperti makam lainnya.
Selain para keluarga korban, turut hadir komunitas penyandang disabilitas untuk mendoakan korban bencana pada tahun 2018 silam.
Widjaya Chandra, pendamping Komunitas Difabel Berkarya mengatakan momentum peringatan bencana dahsyat pada tahun 2018 menjadi momentum untuk mengingat kembali dan mendoakan para korban dalam peristiwa itu.
"Kami dari teman - teman Komunitas Difabel Berkarya, hari ini berinisiatif untuk sama - sama datang ke lokasi pemakaman massal dalam rangka mengenang, mengingat kembali dan mendoakan saudara - saudara kita yang menjadi korban pada bencana yang terjadi lima tahun lalu," katanya.
Seorang warga melakukan tabur bunga di taman pemakaman umum korban bencana di Kelurahan Poboya, Kota Palu, Kamis (28/9/2023). (ANTARA/Nur Amalia Amir)