Palu (ANTARA) -
Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) Sulawesi Tengah menyebutkan bahwa peran keluarga sangat penting membantu pemerintah menekan prevalensi stunting atau tengkes di daerah itu.
"Peran bapak/ayah mengawal tumbuh kembang anaknya dapat memberikan dampak positif terhadap psikologi anak, oleh sebab itu dalam penanganan stunting kami juga mengusung program Malane Mola atau laki-laki bisa," kata Pelaksana tugas (Pj) Bupati Banggai Kepulauan Ihsan Basir dihubungi dari Palu, Selasa.
Ia menjelaskan pendekatan berbasis keluarga tidak kalah penting dengan pendekatan program pemerintah yakni Rencana Aksi Nasional sebagai upaya melakukan percepatan penurunan prevalensi stunting.
Menurut data pemerintah setempat prevalensi Banggai Kepulauan pada tahun 2022 terdapat 1.452 jiwa atau sekitar 19,7 persen anak mengalami stunting.
Kondisi ini terus diintervensi hingga 15,28 persen atau 967 jiwa pada tahun 2023, Sekitar 485 anak berhasil terlepas dari stunting dan capaian ini berkat dukungan semua pihak.
Oleh sebab itu guna mengukur/evaluasi sejauh mena efektivitas intervensi dilakukan pemerintah daerah (pemda), maka dilakukan langkah konkret melalui audit kasus stunting 2024.
Audit dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi maupun menangani kasus risiko stunting sebagai upaya pencegahan dan penanganan lebih cepat sehingga tepat sasaran, dengan harapan prevalensinya dapat tertekan jauh.
"Stunting tidak hanya bicara kesehatan, banyak faktor yang memicu di antaranya faktor ekonomi, sosial, budaya infrastruktur dan sebagainya. Berbicara soal stunting maka kondisinya sangat kompleks," tutur Ihsan.
Guna menekan lebih jauh prevalensi stunting di daerah tersebut, ia memerintahkan organisasi perangkat daerah (OPD) melakukan kolaborasi lintas sektor, sehingga upaya percepatan dapat terwujud dengan tepat dan cepat.
"Kami berharap tim percepatan penurunan stunting lebih bekerja optimal, supaya angka prevalensi tahun ini dapat ditekan serendah mungkin," kata Ihsan.