Palu (ANTARA) -
Balai Pengawasan Obat dan Makanan (POM) di Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi dalam mencegah dan mengendalikan resistansi antimikroba.
"Resistensi antimikroba adalah salah satu tantangan kesehatan global yang paling mendesak saat ini," kata Kepala Balai POM Palu Mardianto di Palu, Rabu.
Ia mengatakan penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan, tidak sesuai indikasi medis, berisiko menyebabkan resistensi antimikroba.
Untuk itu, kata dia, Balai POM Palu melakukan sosialisasi awareness resistansi antimikroba dan farmakovigilans, untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan tenaga kesehatan mengenai resisten antimikroba, serta mendorong upaya bersama dalam mencegah dan mengendalikan masalah ini.
Kegiatan sosialisasi ini diikuti lebih dari 100 peserta secara luring dan daring oleh perwakilan dari berbagai instansi, diantaranya Pemerintah Kota (Pemkot) Palu, Donggala, dan Sigi, serta rumah sakit, puskesmas, serta apotek di Kota Palu.
Ia mengatakan partisipasi aktif dari berbagai pihak ini menunjukkan tingginya kesadaran akan pentingnya masalah resisten antimikroba.
"Dengan demikian diharapkan kualitas hidup masyarakat dapat meningkat dan beban biaya kesehatan akibat infeksi yang resisten dapat ditekan," ujar Mardianto.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan (DInkes) Sulawesi Tengah I Komang Adi Sujendera menekankan pentingnya upaya bersama dalam mencegah semakin meluasnya resistansi antimikroba.
"Resistansi antimikroba merupakan ancaman serius bagi kesehatan global," katanya.
Ia menjelaskan resistansi antimikroba dapat menyebabkan infeksi menjadi lebih sulit diobati, meningkatkan risiko kematian, dan meningkatkan biaya perawatan kesehatan.
Oleh karena itu ia mengajak seluruh pihak terkait mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, hingga masyarakat, untuk bekerja sama dalam mengendalikan masalah ini.