Palu (ANTARA) -
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah (Sulteng) menyatakan kader pelopor kerukunan di dunia maya menjadi ujung tombak pembawa pesan perdamaian dan melawan hoaks di kanal internet dan media sosial.
"Para kader adalah pemuda lintas agama yang berperan menopang upaya meningkatkan kualitas kerukunan di Sulawesi Tengah melalui peran mereka di dunia maya," kata Ketua FKUB Sulteng Zainal Abidin usai pembentukan kader pelopor kerukunan dunia maya di Palu, Sabtu.
Ia mengemukakan pembentukan pelopor tersebut melibatkan 19 pemuda lintas agama dari agama Islam, Katolik, Buddha, Hindu, dan Kristen, yang dibina selama dua hari pada 23-14 November 2024, guna penguatan kapasitas para kader.
"Mereka diberi tugas melakukan langkah-langkah konkret dalam menjaga perdamaian, termasuk melakukan kontra narasi ujaran kebencian," ujarnya.
Ia mengemukakan masifnya informasi yang beredar di internet tidak semuanya benar, ada sebagian informasi yang sengaja disebarkan oleh kelompok tertentu untuk menggiring opini ujaran kebencian menggunakan tameng agama, menghasut masyarakat sehingga timbul perpecahan.
Oleh sebab itu, FKUB berkepentingan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa demi mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Kegiatan ini salah satu program prioritas kami, dengan harapan perdamaian semakin terawat," ucapnya.
Ia menjelaskan, kualitas kerukunan tidak akan mungkin tercapai bila masyarakat tidak memahami satu sama lain, tidak membangun hubungan sosial yang baik. Oleh karena itu, pemuda, para tokoh lintas agama maupun tokoh adat berperan penting menjaga kualitas hidup masyarakat dari aspek toleransi maupun cinta tanah air.
"Sebagai umat beragama, kita harus wujudkan bahagia beragama, karena agama bukan sumber pertikaian dan perpecahan," tutur Zainal yang juga Guru Besar UIN Datokarama Palu.
Sementara itu, Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Sulteng Fahruddin Yambas mengapresiasi FKUB Sulteng yang telah menginisiasi pembentukan kader pelopor kerukunan dunia maya pemuda lintas agama.
"Kami berharap para kader menjadi penyaring konten-konten negatif," ujarnya.