Palu (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Palu konsisten menjaga stabilitas harga bahan pangan di ibu kota Sulawesi Tengah sebagai langkah pengendalian inflasi daerah menjelang Natal dan Tahun Baru 2026.
"Hari besar keagamaan dapat mempengaruhi harga bahan pokok bila tidak dilakukan langkah antisipasi, maka intervensi pemerintah sangat berperan dalam menjaga stabilitas harga," kata Wakil Wali Kota Palu Imelda Liliana Muhidin usai meninjau peternakan ayam di Kota Palu, Jumat.
Menurut dia, menjaga stabilitas harga bahan pokok tidak cukup hanya ditingkat pedagang dan distributor, perlu penguatan di bagian hulu (pertanian/peternak), supaya gejolak harga dapat diredam.
Salah satu langkah dilakukan Pemkot Palu yakni melakukan inspeksi di pasar, maupun sumber pangan untuk melihat lebih dekat seberapa besar ketersediaan pasokan untuk konsumsi masyarakat.
"Telur ayam salah satu komoditas pangan strategis. Itu sebabnya kami datang meninjau ketersediaan pasokan telur dari sumbernya untuk mengetahui seberapa kuat produksi peternak," ujarnya.
Ia mengemukakan, dari inspeksi dilakukan di lokasi peternakan milik Arya warga Kelurahan Layanan, Kecamatan Mantikulore terdapat 134 ribu ekor ayam petelur dengan empat kandang manual dan satu kadang modern.
Yang mana dari jumlah ayam yang diternak mampu menghasilkan sekitar dua ribu butir telur setiap hari, dan produksi itu sangat membantu ketersediaan telur di pasaran, termasuk membantu pemenuhan kebutuhan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Selain mengandalkan pasokan dalam daerah, juga mengandalkan pasokan dari luar supaya kebutuhan pangan di Kota Palu selalu terjaga," ucapnya.
Menurut data Pemkot Palu sejumlah komoditas pangan saat ini mulai merangkak naik, salah satunya komoditas telur ayam Rp61 ribu per rak ukuran jumbo, telur ayam ukuran sedang Rp59 ribu per rak dan telur ayam ukuran kecil Rp 57 ribu per rak.
Meski begitu, kebaikan harga komoditas tersebut masih dalam batas wajar, sehingga Pemkot Palu terus melakukan upaya-upaya pencegahan supaya tidak merembet ke komoditas pangan lainnya.
"Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) juga terus bekerja menjaga stabilitas harga bahan pokok. Penganan masalah pangan harus melibatkan para pihak, baik itu pemerintah, swasta, pelaku utama pangan (petani), termasuk pedagang maupun masyarakat sebagai konsumen," tutur Imelda.
Ia menambahkan selain pemantauan harga dan inspeksi, Pemkot Palu juga melakukan langkah intervensi lainnya melalui kegiatan pasar murah melalui skema subsidi yang dilaksanakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag).
"Cara-cara seperti ini sangat efektif menjaga dan mengendalikan harga pangan," kata dia.
